Bismillahir
Rahmanir Rahiim
Allahumma
sholi ala Sayyidina Muhammadinni fatihi lima ughliko wal’khotimi lima sabaqo
wanasiril haqo bilhaqqi wal’hadi ila shirotikal mustaqiim wa’sholallahu alaiihi
wa’ala alihi washobihi haqqo qodrihi wamiqdarihil aziim.
Sementara
itu tentang diri Umar bin Khaththab,.ra, maka ada Hadis yang diriwayatkan dari
Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:
“Sungguh
dalam umat-umat (terdahulu) terdapat orang orang yang dibisiki (muhaddatsin)
dan diajak bicara oleh Allah Swt (mukallamin). Kalau dalam umat ini ada, maka
ia adalah Umar r.a.”
Sebagian
orang yang memiliki kepahaman tinggi, ditanya tentang apa yang dimaksud
muhaddatsun? Maka ia menjawab, bahwa Muhaddatsun adalah tingkatan kaum
shiddiqun yang paling tinggi.
Bukti-bukti
yang menunjukkan adalah sebagaimana yang diriwayatkan, bahwa suatu saat ia
sedang berkhotbah. Kemudian ia berteriak di tengah-tengah khotbahnya, “Wahai
Sariyah!, gunung, gunung!”
Saat itu
Sariyah bin Hishn sedang memimpin pasukan perang yang berada di ambang pintu
Nahawand. Sementara di depannya ada musuh yang jauhnya masih memakan perjalanan
sekitar satu bulan. Kemudian ia mendengar suara Umar, lalu ia dengan pasukannya
mulai bergerak menuju ke gunung, dan akhirnya mereka menang mengalahkan
musuhnya.
Ditanyakan
kepada Sariyah bin Hishn, “Bagaimana engkau tahu hal itu?” Ia menjawab, “Aku
mendengar suara Umar r.a. berteriak, Wahai Sariyyah, gunung, gunung’!” (H.R.
al-Baihaqi dari Amr bin al-Harits).
Diriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdi yang berkata, “Saya pernah
melihat Umar mengenakan baju yang ditambal dua belas tambalan saat ia sedang
berkhotbah.” (H.R. Malik dari Anas).
Diriwayatkan
dari Umar bin Khaththab r.a. yang berkata,
“Semoga Allah memberi rahmat kepada orang
yang menunjukkan aibku kepadaku.”
Diriwayatkan dari Nabi saw. yang bersabda:
“Setan akan menyingkir dari bayang-bayang Umar r.a.
(H.R. Bukhari-Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Ibnu Asakir dari
Aisyah).
Dikisahkan,
bahwa Umar pernah mengambil jerami dari tanah, kemudian berkata,
“Andaikan aku tidak pernah dilahirkan ibuku,
andaikan aku jerami ini dan andaikan aku tidak pernah wujud apa pun…..”
Diriwayatkan dari Umar ra. yang berkata,
“Setiap
kali aku ditimpa suatu musibah tentu Allah akan memberikan empat kenikmatan
dalam musibah tersebut: Sebab musibah itu tidak menimpa agamaku, dan musibah
itu tidak lebih besar daripada yang menimpaku. Sedangkan aku masih bisa ridha
dengan musibah yang menimpaku, dan aku berharap pahala dari musibah itu.”
Umar r.a.
berkata, “Andaikan sabar dan syukur itu
dua ekor kendaran unta maka aku tidak akan peduli mana yang akan aku tunggangi.
“
Suatu ketika ada seseorang datang kepada Umar r.a. yang mengadukan
kefakirannya. Kemudian Umar bertanya kepadanya,
“Apakah
Anda masih memiliki makanan untuk makan malam Anda?”
Ia menjawab, “Ya!” Umar berkata, “Berarti Anda bukan orang fakir. “
Diriwayatkan
dari Ali bin Abi Thalib yang berkata,
“Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang
paling aku cintai untuk berjumpa dengan Allah dengan wajah yang sama kecuali
orang yang berkepribadian tenang ini, Umar.”
Diriwayatkan, pada suatu hari Ali bin Abi Thalib pernah melihat Umar r.a. lari di saat tengah hari. Lalu Ali bertanya tentang alasan apa yang membuatnya lari di tengah hari. Maka ia menjawab,
“Aku
telah menghilangkan unta sedekah (zakat), kemudian aku pergi untuk mencarinya.”
Maka Ali berkata,
“Wahai
Amirul Mukminin engkau akan memberatkan para khalifah sesudahmu.”
Syekh Abu
Nashr as-Sarraj – rahimahullah – berkata:
Orang-orang ahli hakikat banyak mengambil
suri teladan dari Umar dan menjadikannya sebagai referensi dari berbagai makna
khusus dari perilaku Umar, seperti memilih mengenakan pakaian bertambal dan
kasar, meninggalkan kesenangan nafsu, menghindari syubhat dan menampakkan
kemuliaan-kemuliaan (karamat), tidak peduli terhadap orang yang mencacinya
ketika kebenaran harus ditegakkan dan kebatilan harus dimusnahkan, memberikan
persamaan hak antara orang-orang yang dekat dengan mereka yang jauh, berpegang
teguh pada yang lebih berat dalam hal ketaatan kepada Allah dan riwayat-riwayat
lain dimana bila kita uraikan akan menjadi panjang.
Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Umar melihat sekelompok manusia
yang sedang duduk-duduk di masjid, kemudian ia perintah untuk mencari pekerjaan
(rezeki), dan juga suratnya yang dikirimkan kepada Salman, adalah barangkali
karena ia tahu mereka tidak mampu melakukan duduk di masjid sebagaimana
mestinya. Mereka tamak terhadap apa yang ada di tangan orang lain, atau mungkin
sebab-sebab yang lain. Oleh karenanya ia memerintah mereka untuk mencari
pekerjaan.
Sebab Nabi saw., Abu Bakar dan Umar r.a. telah melihat
Ashhabush-Shuffah. Mereka adalah sekelompok orang yang jumlahnya sekitar tiga
ratusan orang yang tinggal di masjid, namun Nabi, Abu Bakar dan Umar juga tidak
membenci mereka dan tidak memerintah mereka keluar dari masjid untuk mencari
nafkah.
Diriwayatkan
dari Umar, bahwa ia pernah berkata kepada saudaranya, Zaid bin Khaththab di
saat perang Uhud,
“Jika engkau mau, lepas saja baju besi yang
aku kenakan ini kemudian engkau pakai.”
Zaid
menjawabnya, “Saya juga senang mati
syahid, sebagaimana engkau juga menyukainya.”
Ini suatu isyarat yang sangat agung dari mereka, yang menunjukkan
hakikat tawakal.
Diriwayatkan dari Umar yang mengatakan,
“Aku menemukan
ibadah dalam empat macam:
Pertama,
menunaikan perintah Allah.
Kedua, menjauhi
yang diharamkan Allah.
Ketiga,
memerintah kebaikan demi mengharap pahala dan Allah.
Keempat,
mencegah kemunkaran karena takut murka Allah
Silahkan di
share agar banyak yang ambil manfaat
---
---
EmoticonEmoticon