Uncategories
25 PESAN LUQMANUL HAKIM
25 PESAN LUQMANUL HAKIM
- Hai
anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam,
banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar
jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWA,
ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLOH
- Orang
– orang yg sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka
dirinya akan mendapat penjagaan dari ALLOH. Orang yang insyaf dan sadar
setalah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian
dari ALLOH juga.
- Hai
anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat
dan taat kepada ALLOH, maka dia tawadduk kepada ALLOH, dia akan lebih
dekat kepada ALLOH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada
ALLOH.
- Hai
anakku; seandainya ibu bapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang
dilakukanmu, maka marahnya ibu bapamu adalah bagaikan baja bagi tanam
tanaman.
- Jauhkan
dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh
menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
- Dan
selalulah berharap kepada ALLOH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk
tidak menderhakai ALLOH. Takutlah kepada ALLOH dengan sebenar benar
takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa
dari rahmat ALLOH.
- Hai
anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak
dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa
banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu
besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian
kepada orang yang tidak mau mengerti.
- Hai
anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar
dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua
itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.
- Hai
anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yg bodoh sebagai utusan.
Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang
layak menjadi utusan.
- Jauhilah
bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan
daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat
yang berbahaya.
- Hai
anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau
hadir majlis perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab
ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedang kan menghadiri
pesta perkarwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi
saja.
- Janganlah
engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan
yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan
kepada anjing saja.
- Hai
anakku; janganlah engkau langsung menelan saja karena manisnya barang
dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu,
kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu
menimbulkan kesengsaraan.
- Makanlah
makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah
urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.
- Hai
anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari
ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah
bagaikan orang yg mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu
memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.
- Hai
anakku; bilamana engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih
dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan
itu dia masih berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau
mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.
- Selalulah
baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan
demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap
orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.
- Hai
anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang
yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang
mengharapkan sesuatu darimu.
- Jadikanlah
dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin
menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah
sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
- Hai
anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu
disusahkan olah dunia saja karena engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk
dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang
yang terpedaya dengan dunianya.
- Hai
anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang
busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila
berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan
manfaat bagi orang lain.
- Hai
anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan karena sesuatu yang
menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti,
janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah
mensia-siakan hartamu.
- Barang
siapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan
selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan siapa yang tidak
dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.
- Hai
anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu.
Perhatikanlah kata nasihatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini
mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari
mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
- Hai
anakku; ambillah harta dunia sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah
yang selebihnya untuk bekal akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini
ke keranjang atau bakul sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis
yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia
ini serta meneguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan
pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan
orang yang bersifat dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.
Luqman
(Arab لقمان الحكيم, Luqman al-Hakim, Luqman Ahli Hikmah) adalah orang
yang disebut dalam Al-Qur'an surah Luqman [32]:12-19 yang terkenal
karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa
nama panjang Luqman ialah Luqman bin Unaqa' bin Sadun. Sedangkan
asal-usul Luqman, sebagian ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan
bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain
menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada
yang berpendapat di berasal dari Sudan. Dan ada pula yang berpendapat
Luqman adalah seorang hakim di zaman nabi Dawud.
Kisah Luqman al-Hakim
Dalam
sebuah riwayat menceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk
ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut
dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun
berkata, "Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan
anaknya dibiarkan berjalan kaki." Setelah mendengarkan desas-desus dari
orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan
anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar
itu berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya
sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu."
Setelah
mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar
itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi,
"Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan
himar itu." Oleh karena tidak suka mendengar percakapan orang, maka
Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara
orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak
dikenderai." Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah,
Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan seloteh
mereka, katanya, "Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari
percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil
pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang siapa mengenal
kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."
Kemudian
Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah
rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya
tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara,
yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah
tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya
(keperibadiannya) dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah
orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
EmoticonEmoticon