1. Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri
dengan kemurahan dan karunia Allah SWT. Aku selalu menerima nafkah dari
khazanah kedermawanannya.
2. Aku tidak pernah melihat ada
yang benar-benar memberi, selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku
sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku
menganggap orang itu hanyalah perantara saja,”
3. Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan
kupenuhi kebutuhan semua kaum faqir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini
ditegakkan oleh kaum Mukminin yang lemah. “Dengan sesuap makanan tertolaklah
bencana.”
4.
Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak
menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari mereka.
Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan
kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun sahara. Itulah keinginanku;
itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku
agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.”
5. Kebanyakan orang, jika tertimpa musibah penyakit
atau lainnya, mereka
tabah dan sabar; mereka sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah SWT.
Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa
gangguan-gangguan itu sebenarnya juga qodho dan qodar Allah SWT, mereka lupa
bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka.
Rasulullah bersabda :
“Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT
mencintai suatu kaum, ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan
memperoleh keridhoannya; barang siapa tidak ridho, Allah SWT akan murka
kepadanya.”
( HR Thabrani dan Ibnu Majah )
6.
Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat
kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada
hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq
dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.
7.
Beramallah sebanyak mungkin dan pilihlah amal yang dapat kamu kerjakan secara
berkesinambungan ( mudawamah ). Jangan remehkan satu amal pun yang pernah kau
kerjakan. Sebab setelah Imam Ghazali wafat, seseorang bermimpi bertemu dengannya
dan bertanya, "Bagaimana Allah swt memperlakukanmu?"
"Dia
mengampuniku" jawab Imam Ghazali.
"Amal apa yang
menyebabkan Allah swt mengampunimu?"
"Suatu hari,
ketika aku sedang menulis, tiba-tiba seekor lalat hinggap di penaku. Kubiarkan
ia minum tinta itu hingga puas."
Ketahuilah! Amal
yang bernilai tinggi adalah amal yang dianggap kecil dan dipandang remeh oleh
nafsu. Adapun amal yang dipandang mulia dan bernilai oleh nafsu, pahalanya
dapat sirna, baik karena pelakunya, amalnya itu sendiri ataupun karena orang
lain yang berada sekitarnya.
8. Di zaman ini kita harus berhati-hati, sebab
zaman ini adalah zaman syubhat. Para Ulama menyatakan, tidak sepatutnya seorang yang berilmu bingung
membedakan yang baik dan buruk.
Sebab, kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang sangat jelas, setiap
orang dapat membedakannya. Seorang berilmu ketika harus memilih satu diantara
dua kebaikan atau dua keburukan, maka dia akan memilih kebaikan yang terbaik
dan meninggalkan keburukan yang terburuk.
Sebagai contoh, jika ada seseorang ingin melukaimu dengan tongkat atau
pisau, dank au tidak dapat menghindarinya, maka terluka oleh tongkat lebih
ringan. Atau ada seseorang tidak mampu berjalan, sedangkan kau mampu. Jika kau
turun dari hewan tungganganmu dan menyuruhnya naik, maka itu lebih baik
daripada engkau boncengkan dia, meskipun kedua-duanya baik.
Begitulah keadaan kami di zaman ini. Memilih yang terbaik dari dua kebaikan
dan meninggalkan yang terburuk dari dua keburukan merupakan salah satu kaidah
agama yang disampaikan oleh para salaf seperti Imam Malik bin Anas dan Ulama
lainnya. Semoga Allah swt meridhai mereka semua.
Barangsiapa tidak mengetahui akidah ini, maka dia adalah seorang yang
bodoh. Jika dia tidak mengetahui kaidah ini dan memandang dirinya sebagai
seorang yang berilmu, maka dia adalah seorang yang teramat bodoh. Dia seperti
seorang kikir yang merasa dirinya sebagai seorang dermawan. Orang seperti ini adalah
orang teramat kikir.
9. Persahabatan, pertemanan dan
pergaulan memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk membuat seseorang menjadi
baik maupun buruk. Persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang shaleh dan
berbudi membawa manfaat, sedangkan persahabatan
dan pertemanan dengan orang-orang fasik dan durhaka membawa bahaya. Hanya saja
manfaat persahabatab dengan orang shaleh atau bahaya pergaulan dengan
pendurhaka tersebut terkadang tidak tampak secara langsung, akan tetapi secara
bertahap dan setelah berlangsung lama.
Rasulullah saw bersabda :
المرء مع جليسه
Seseorang akan bersama teman duduknya.
المرء على دين خليله, فلينظر أحدكم من يخالل
Seseorang itu akan mengikuti agama
sahabatnya, oleh karena itu setiap orang dari kalian hendaknya memperhatikan
siapa yang ia jadikan teman.
( HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad )
الجليس الصّالح خير من الوحدة والوحدة خير من جليس السّوء
Teman
duduk yang baik lebih utama daripada menyendiri; dan menyendiri lebih baik
daripada bergaul dengan teman yang buruk.
10 Jika engkau ingin mengetahui ilmu dan amal yang bermanfaat dan penting atau
yang paling bermanfaat dan paling penting bagimu, maka bayangkanlah bahwa besok
engkau akan mati, kembali kepada
Allah swt dan berdiri dihadapan-Nya. Allah swt kemudian menanyakan semua ilmu,
amal dan keadaanmu. Setelah itu engkau akan dimasukkan ke Surga atau Neraka.
Ilmu dam amal yang engkau anggap lebih utama pada saat membayangkan
kematian tersebut adalah ilmu dan amal yang penting dan bermanfaat engkau
miliki. Itulah yang seharusnya engkau tekuni dan cari.
Sedangkan semua yang engkau anggap tidak bermanfaat dan penting ketika
engkau membayangkan kematian tersebut, maka tinggalkanlah. Jangan sibukkan
dirimu untuk mencari dan mempelajarinya. Begitu pula dengan semua kegiatan
hidup, apa yang engkau anggap penting dan memang harus kau penuhi ketika
membayangkan kematian itu, maka jangan kau tinggalkan. Dan apa yang tidak kau
butuhkan pada saat itu, maka tinggalkan dan jangan kau kerjakan.
11.
Secara umum, pada awalnya kebaikan itu berat untuk dilakukan, tetapi akhirnya
penuh dengan kenikmatan. Orang yang berbuat baik ibarat seorang vpendaki gunung terjal. Ia tidak akan merasa
tenang sebelum sampai ke puncaknya.
Sedangkan,
keburukan awalnya manis dan akhirnya kelak berat. Orang yang melakukan perbuatan
buruk adalah ibarat seorang yang jatuh dari puncak gunung atau atap sebuah
rumah. Ia baru merasa akan merasa kesakitan setelah mendarat di tanah."
12. Tuntutlah ilmu dari orang-orang yang
benar-benar mewarisi ilmu dari Rosulullah SAW, yang sanad isnadnya (silsilah
ilmunya sampai Rosulullah) terpercaya karena menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap orang
Islam baik laki-laki maupun perempuan.
Barang siapa meninggalkannya ia akan berdosa. Karena tanpa ilmu agama,
amal ibadah akan tertolak, tidak diterima oleh Allah SWT.
13.
Setiap orang yang beramal tanpa dibarengi dengan ilmu pengetahuan (tentang
amalnya itu) maka amalan-amalannya tertolak dan tidak diterima.
14.
Ikut langkah-langkah ulama salaf
(ulama terdahulu) akan membuahkan kebaikan yang amat besar, walaupun si
pengikut bukan tergolong ahlil bathin. Tetapi jika ia serasikan langkahnya
dengan ulama salaf, maka ia akan mendapatkan seperti apa yang di dapat oleh
mereka para salaf sholihin.
15. Segala permasalahan
yang ada itu berlandaskan kejujuran, ada pun orang yang biasa berbohong jika
diibaratkan bangunan tidaklah jauh berbeda dengan bangunan di atas air (lemah
dan mudah runtuh).
16.
Jika satu zaman itu rusak, maka
wajiblah bagi mereka yang hidup di zaman itu, untuk mengikuti jejak langkah
ulama salaf sholihin. Jika tidak mampu menyamakan diri dengan mereka dalam
setiap langkah, paling tidak hampir menyamai mereka, sebab setiap orang dalam
kehidupan itu harus memiliki panutan (imam), sedang orang yang tidak memiliki
panutan (Imam) maka panutannya adalah setan.
17. Telah sesat
sekelompok orang sebab buku yang dibacanya, seseorang tidak akan menjadi alim
besar kecuali dengan guru yang membimbing dan menuntunnya, bukan dengan buku
yang dibacanya.
18.
Penghuni kubur dari para Wali Allah
berada di sisi Allah. Barang siapa tawajuh kepada mereka, maka mereka spontan
datang membantunya.
19. Jika kamu melihat
seorang dari Ba’Alawy berjalan di luar Thoriqoh Ba’Alawy maka sesungguhnya maka
tiada yang menghalangi dirinya selain kelemahannya sendiri, dan kelemahan itu
adakalanya dalam kondisi ekonomi atau hati.
20. Thoriqoh Alawiyyah berdiri atas dasar
kemuliaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
21. Barangsiapa yang
menjalin hubungan (kontak batin) dengan kami, maka kami berikan kepadanya
segala perhatian kami, kami tidak pernah melepas dan meninggalkannya walaupun
dia tinggal jauh dari tempat kami.
22.
Tidak ada hak yang lebih besar kecuali
haknya seorang guru. Ini wajib di pelihara oleh setiap orang Islam yang ingin
selamat dunia akhirat. Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar, walau
hanya satu huruf, diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya.
Sebab guru yang mengajarmu satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama, dia
ibarat bapakmu dalam agama.
23. Barang siapa ingin
anaknya menjadi orang alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqih. Dan
memberi sedekah pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi alim, maka
pasti diantara cucu keturunannya yang akan menjadi orang alim.
24.
Seorang murid (pencari jalan menuju
Allah) tidak boleh menyakiti hati gurunya karena belajar dan ilmunya tidak akan
diberi berkah.
25. Adakalanya
seseorang murid (pencari jalan menuju Allah) diuji dengan kemiskinan, kepapaan
dan kesempitan dalam kehidupan. Maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah SWT,
disebabkan dengan hal tersebut di atas dan harus beranggapan berprasangka bahwa
takdir / kehendak Allah menjadikan anda miskin, papa dan susah serta sempit
sebagai sebesar-besarnya kenikmatan karena dunia adalah musuh Allah. Anda harus
bersyukur, maka Allah akan mengangkat derajatnya sama dengan para nabi-Nya,
para Auliya-Nya dan hamba-hamba yang sholeh.
26.
Ketahuilah bahwa rizki itu telah
ditentukan dan telah dibagikan oleh Allah SWT. Diantara hamba-hamba-Nya ada
yang diluaskan rezekinya dan dilapangkan kehidupannya, dan dikurangkankan
rizkinya menurut kebijaksanaan-Nya. Bersifatlah qona’ah (cukup) atas apa yang
ditentukan Allah bagimu.
27. Awas dan waspadalah
dengan panjang angan-angan dan harapan tentang kehidupan di dunia, karena dunia
akan menariknya untuk mencintai dunia, dan anda akan terikat dengannya sehingga
sukar untuk beribadat dan mengasingkan diri untuk menuju jalan akhirat.
28.
Ada setengah manusia yang tabiatnya
suka menganiaya orang, memandang rendah terhadapnya, atau suka mencela dan
sebagainya. Jika anda tergolong orang terkena penganiayaan orang maka hendaklah
anda bersabar jangan sekali-kali anda membalasnya. Disamping itu, hati anda
harus benar-benar bersih dari dengki dan dendam terhadapnya, dan lebih utama
lagi jika anda memaafkan orang yang menganiayamu, dan anda doakan supaya Allah
memberi petunjuk kepadanya, dan itulah tanda-tanda akhlak serta tingkah laku
para Shiddiqin (Orang yang Benar).
29. Berusahalah sekuat
kemampuanmu dalam menghindari diri dari rasa takut dan butuh serta berharap hak
terhadap manusia, karena hal tersebut anda akan dipandang oleh manusia tetapi
dipandang hina dalam pandangan Allah SWT, karena orang mukmin itu mulia di sisi
Allah SWT, tiada takut pada siapapun selain Allah dan apa yang dicintai-Nya,
dan tak pernah mengharapkan sesuatu selain Allah.
30.
Awas! Jangan sekali-kali anda mentaati
syaikh (guru) itu hanya lahiriah semata, karena ketahuilah bahwa syaikh itu
dapat melihat ketaatanmu padanya, di belakangnya anda membantah dan mendurhakai
kerena sangkaanmu, anda sangka Allah tidak tahu kelakuanmu, sedangkan syaikhmu
itu dekat dengan-Nya. Kalau anda begitu akan mendapatkan kecelakaan, kesempitan
dan kebinasaan. Bukankah Allah berjanji kepada barang siapa Aku cintai maka penglihatannya
adalah penglihatan-KU, pendengarannya adalah pendengaran-KU, mulutnya adalah
mulut-KU, tangannya adalah tangan-KU dan kakinya adalah kaki-KU, barangsiapa
memusuhinya atau menyakitinya, maka AKU dan para malaikatKU mengumandangkan
perang terhadap dirinya. Jangan sekali-kali datang pada syaikh yang lain
melainkan dengan izin syaikhmu.
31. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya syaikhmu sangat berat hati tentang apa-apa yang baik untukmu,
dengan itu janganlah engkau menuduh dan menyangka bahwa dia menyimpan perasaan
dengki dan cemburu terhadap dirimu, dan semoga dijauhkan oleh Allah. Karena
kamu hanya memandang sesuatu hal dengan pandangan lahiriah belaka bukan
pandangan bashiroh (mata hati dengan Allah). Awas ! Jangan coba-coba menuntut
agar syaikhmu mengeluarkan kelebihannya. Karena jika syaikhmu seorang Ahlillaah
(orang yang meyakinkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah) kekasih Allah, maka
ia adalah orang-orang yang teramat merahasiakan kebaikannya, menutupi
rahasia-rahasia tentang dirinya, dan sangat jauh untuk menonjolkan dirinya
dengan karomah-karomah atau perkara-perkara luar biasa kepada orang banyak
meskipun ia amat kuasa dan mampu untuk melakukannya serta diizinkan oleh Allah
untuk melahirkannya (memperlihatkan karomahnya).
32.
Syaikh yang kamil (sempurna) ialah
seorang syaikh yang selalu memberi faedah pada muridnya, dengan kesungguhan
dalam perbuatan dan perkataanya, dia memelihara muridnya sewaktu di hadapannya
maupun ketika berada jauh daripadanya. Sang Syaikh memelihara muridnya dengan getaran-getaran
kalbunya dalam segala hal yang dikerjakan oleh muridnya. Maka paling sangat
berbahaya jika Syaikhnya sudah berpaling dari si murid. Dalam hal ini jika
seluruh syaikh dan wali-NYA yang lain dari timur sampai ke barat dikumpulkan
seluruhnya, untuk mengubah hati syaikhnya, niscaya sia-sia dan tidak akan
berhasil, kecuali sang murid sendiri harus berusaha untuk mengubah hati
syaikhnya dan minta maaf serta mendapat keridhoannya.
33. Jika anda menyimpan
penuh ta’zhim (kepatuhan) dan penghormatan setinggi-tingginya terhadap
syaikhmu, senantiasa menghargainya, percaya lahir dan batin bersedia mematuhi
segala perintahnya, mencontoh akhlaknya, maka itulah tandanya anda sedang
mewarisi rahasia-rahasia dari syaikhmu dari syaikhnya dari syaikhnya terus bersambung
sampai dari Baginda Nabi Rosulullah SAW, atau sebagian dari rahasia-rahasia
tersebut, dan ia terus akan hidup di sisimu sesudah wafatnya syaikhmu, inilah
anugrah yang terbesar dari Allah SWT yang dapat menghantarkan kita selamat
& bahagia di dalam agama, dunia dan akhirat kelak.
34.
Para orang sholeh itu setelah wafat
hanya hilang jasadnya saja, pada hakikatnya masih hidup seperti sedia kala
malah tambah tajam pandangan bashirohnya dan makin kuat tawajuhnya (menghadap)
kepada Allah.
Baca
juga:
“Share sebanyak mungkin agar semakin banyak yang
ambil manfaat dengan klik icon medsos di samping kiri”
---
EmoticonEmoticon