Berikut
adalah tanya jawab dengan Guru Mulia Al Habib
Muhammad Luthfi Bin Yahya yang ada di majalah Al-Kisah.
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Wr Wb
Habib luthfi
yang saya hormati, saat ini saya terbelenggu masalah yang sangat berat. Istri
saya terlilit utang kepada pihak bank dan juga pada pihak lainnya. Saya sangat
khawatir ia diseret ke meja hijau.
Saya
akui, selama ini istri sayalah yang menjadi tiang penyangga ekonomi keluarga.
Penghasilannya lebih besar dari penghasilan saya.
Saat ini
kami sedang beriktiar mencari jalan keluar yang terbaik. Diantaranya, saya
memperbaiki sholat lima waktu saya dengan melaksanakannya tepat waktu dan
berjama’ah. Juga melaksanakan sholat –sholat sunnah.
Saya
berusaha menjaga sholat tahajud setiap malam selama 20 malam berturut-turut.
Puasa senin-kamis pun saya laksanakan. Saya juga memperbanyak sedekah, meminta
maaf kepada orang tua dan juga mertua. Sayapun senantiasa menziarahi makam Ibu
saya yang telah meninggal. Saya juga bernazar,kalau kami dapat mengatasi
masalah ini akan mengkhatamkan Al Qur’an dan menyantuni anak yatim.
Kami
sudah mempunyai tiga orang putri yang cantik-cantik. Karena masalah ini kami
mengkhawatirkan masa depan mereka.
Habib
adakah kekurangan saya? Saya mohon bimbingan Habib.
Jazakallah khairan katsiran.
Wassalamualaikum
wr,wb
JAWABAN BELIAU:
Wa’alaikumsalam
wr.wb
Dalam
kehidupan ini kita pasti menghadapi permasalahan. Dan setiap masalah, tidak ada
yang tidak ada solusinya. Apalagi jika kita mau mengakui kekurangan-kekurangan
kita, Insya Allah ada jalan keluarnya.
Siapa
sih orang yang ingin hidupnya dipenuhi masalah. Tetapi itu justru mendewasakan
seseorang. Bahkan memperkukuh dan memperkuat jiwa.
Tetap
kadang kita tidak mau menyadari kekurangan kita. Kita takut dikatakan tidak
mampu. Emosi kita jadi tidak terkendali, rasa ego dan gengsi jadi tidak pada
tempatnya, sehingga kita tidak memperhitungkan langkah-langkah ke depan.
Akhirnya segala permasalahan bertumpuk.
Contohnya,
sebenarnya pendapatan kita sudah cukup. Kalau ingin berhutang, harus ditakar
dengan pendapatan kita tersebut serta agunan yang kita miliki. Sehingga ketika
waktunya membayar utang dan ternyata tidak bisa membayarnya, kita masih punya
agunan yang cukup untuk membayar agunan tersebut.
Tidak
sedikit rumah tangga yang retak karena masalah utang
piutang. Insya Allah, semua itu akan mudah kita atasi kalau kita tarik
kebelakang.
Mari
kita telusuri kembali masalah-masalah yang mengakibatkan ketidak harmonisan
keluarga atau rumah tangga. Kita cari akar permasalahnnya. Dan kuncinya cuma satu, belajarlah menerima pembagian rizki dari Allah SWT, plus tidak
melupakan ikhtiar untuk mecari nilai tambah, tetapi tetap berusaha sesuai
dengan kemampuan.
Jangan
mudah terpengaruh oleh keadaan yang sebenarnya belum mampu kita mampu untuk
melangkah.
Yang kedua muhasabah, perhitungan. Perhitungan penggunaan
penghasilan kita sehari-hari, entah itu dalam dunia perdagangan maupun gaji.
Jangan mau dikendalikan ego atau emosi. Perhitungkanlah bagaimana nanti
kedepannya.
Ketiga,
hindari sikap saling menyalahkan. Kita cari solusi bersama-sama supaya cepat
teratasi.
Selanjutnya
mengenai masalah ibadah. Ibadah adalah suatu kewajiban seorang hamba kepada
Tuhan. Ada pun problem yang kita hadapi merupakan pendorong atau pengingat
supaya kita meningkatkan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Tahajud
kita, bukan karena kita menginginkan sesuatu. Sholat hajat kita, pun bukan
karena kita mempunyai hajat tertentu. Karena sholat Tahajjud dan Hajat adalah
bagian dari ibadah sunnah yang perlu kita kerjakan, sekalipun kita tidak
mempunyai keinginan dan hajat.
Kenapa
kita mesti melakukan sholat Hajat? Untuk menyadarkan kita bahwa kita adalah
hamba Allah SWT yang banyak kelemahannya dan hanyalah Allah SWT tempat sandaran
kita, sekalipun ketika itu kita berada dalam berkecukupan.
Namanya
juga hamba ada kelebihan juga ada kekurangan. Baik yang kita ketahui maupun
tidak. Maka dalam menjalankan sholat Hajat, kita juga harus fokus untuk
mengikuti jejak Rasulullah SAW (‘ittiba).
Begitu
juga dalam menjalankan sholat Dhuha, bukan untuk menggapai rizqi saja. Tapi
sholat Dhuha adalah suatu kesunnahan dalam mengikuti jejak Baginda Nabi
Muhammad SAW.
Jangan
kita beribadah seperti orang yang menagih hutang. Setelah kita menjalankan
Tahajjud, kita menuntut kenapa doa kita tidak dikabulkan Allah SWT.
Doa
adalah doa, Sunnah adalah Sunnah. Sedang sunnah itu mendorong agar doa kita
cepat diterima. Andai toh belum diterima, apakah kita harus meninggalkan sholat
sunnah? ataukah kita harus menuntut karena kita telah menjalankan sholat
sunnah? Tentu tidak.
Cobalah
kita ubah niat beribadah tersebut dan kita tata kembali. Insya Allah nanti akan
terpecahkan dan Allah SWT akan memberikan petunjuk.
Nah, tentang
pembinaan anak, seharusnya ada hal-hal yang dilakukan sedini mungkin. Bahkan
jauh sebelum menikah. Banyak orang yang mengabaikan suatu doa yang seharusnya
dipanjatkan kepada Allah SWT bahkan saat belum berumah tangga. Contoh doanya,
“Ya Allah, bilamana aku kelak mempunyai keturunan, jadikanlah anak-anakku itu
hamba yang sholeh.”
Baca Juga:
Kisah Al habib Seggaf Baharun Saat berguru kpd Al Habib Zein Bin Smith
CARA MENDIDIK ANAK AGAR MUDAH DINASIHATI
Baca Juga:
Kisah Al habib Seggaf Baharun Saat berguru kpd Al Habib Zein Bin Smith
CARA MENDIDIK ANAK AGAR MUDAH DINASIHATI
Habib
Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)
Ra’is Am
Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah
-------------------------------
Jangan lupa share ya..
1 komentar:
Asslamualaikum .Bib saya dalam mimpi pernah didatangi panjenengan ngobati sya karena saya punya sakit mag.dam habib ko kenal dengan saya manggil namaku padahal belum pernah ketemu..nama saya Pardoyo .dan waktu itu habib dengan supir yang nerambut panjang/gondrong .betul kah habib punya supir yang berambut gondrong
EmoticonEmoticon