Adam (Ibrani:
אָדָם;
Arab:آدم, berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)
adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama
dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang
tua dari semua manusia yang ada di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa
berbeda-beda antara agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang
berkembang dari ketiga agama Abrahamik ini.
Adam hidup selama 930
tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika
Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di
antaranya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.
Menurut ajaran agama
Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi
lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak
lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.
Menurut Ibnu Humayd,
Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan
Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara
perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya,
Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan
saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara
perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam
sejumlah 40.
Menurut hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Adam AS memiliki postur
badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432 meter). Hadits mengenai
ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad
yang berbeda.
Nabiyullah Adam AS
adalah manusia sempurna, berjalan tegak dengan kedua kakinya, berpakaian
menutup aurat, dan berbahasa fasih dengan jutaan kosa kata. Dia adalah seorang
nabi dan rasul yang menerima wahyu dari Allah serta hukum syariat untuk manusia
saat itu.
Sosok Nabiyullah
Adam AS digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi
dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun
ke muka bumi bisa sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju
dan jauh lebih cerdas dari peradaban manusia sampai kapanpun, oleh karena
itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.
Dalam gambarannya ia
adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki
kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan
diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang
berbunyi:
“ Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al
Israa' 17:70) ”
Dalam surah At-Tiin ayat
4 yang berbunyi:
“ sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At
Tiin 95:4) ”
Menurut riwayat di dalam
Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh
malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya
itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk
yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut
Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk
purba berpakaian seadanya.
Makhluk
sebelum Nabiyullah Adam AS
Mengenai
penciptaan Nabiyullah Adam AS sebagai khalifah di muka bumi
diungkapkan dalam Al-Qur'an:
“Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan
berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang
yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal
Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30) ”
Menurut syariat Islam,
manusia tidak diciptakan di Bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia
dan diangkat /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di
muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di
ganti, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang
memipin di Bumi.
Dalam Al-Quran
disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin,
dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena
itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi
yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak
memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.
Dari ayat Al-Baqarah 30,
banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang
dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil
yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti
manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya.
Volume otak mereka lebih
kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas
karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.
Sebagai contoh
Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo
sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600
cc). Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang
lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang mendekati
kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.
Surah Al Hijr ayat 27
berisi:
“ Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al
Hijr 15:27) ”
. Dari ayat ini,
sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain
adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang
dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat
kerusuhan."
Menurut salah seorang
perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus
penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.
Walaupun begitu pendapat
ini masih diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang berbeda.
Sehingga tidak mungkin manusia menjadi pengganti bagi Jin.
Penciptaan Adam
Setelah Allah SWT.
menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan
makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara
bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya
untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan
membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi.
Berkatalah para malaikat kepada Allah:
“ Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30) ”
Allah kemudian berfirman
untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:
“ Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah
[2]:30) ”
Lalu diciptakanlah
Nabiyullah Adam AS oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering
dan lumpur hitam yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan
bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan
menjadi manusia yang sempurna.
Riwayat Penciptaan Nabi
Adam AS
Nabi Adam AS merupakan
manusia pertama yang diciptakan ALLAH SWT.
Dia tidak diciptakan
langsung begitu saja, tetapi mengalami beberapa proses dan dikerjakan oleh
malaikat atas perintah ALLAH SWT.
Dikisahkan dalam
beberapa hadits, ketika ALLAH SWT mengutus malaikat Jibril kebumi untuk
mengambil segenggam tanah, bumi berkata, “Aku berlindung kepada ALLAH yang
telah mengutusmu untuk mengambil dariku sesuatu yang didalamnya akan ada
bagiannya api.”
Kemudian Jibril kembali
kepada Tuhannya tanpa membawa apa-apa. Kemudian ALLAH SWT mengutus Malaikat
Maut untuk pergi ke bumi dan bumipun berkata; “Aku berlindung kepada ALLAH agar
malaikat maut jangan sampai mengambil sesuatu darinya.”
Lalu malaikat maut
berkata ;”Dan aku juga berlindung kepada Allah jangan sampai aku durhaka
kepada-Nya.”
Akhirnya malaikat maut
mengambil tanah dari empat penjuru bumi. Tanahnya terdiri dari tanah yang
berkualitas unggul, tanah yang asin, tanah lumpur, tanah yang halus, tanah liat
yang merah dan dari tanah yang areanya tidak rata. Dengan sebab itu maka
keturunan Adam AS berbeda-beda sosok dan corak warna kulitnya.
Setelah mengambil
tanah, malaikat maut kembali kelangit, lalu Allah SWT memerintahkan
malaikat maut untuk melembabkan tanah tersebut dan membiarkannya agar mengalami
peragian.
Malaikat maut kemudian
mengadonnya dengan air yang pahit, air yang manis dan air yang asin hingga
tanah itu menjadi lembab dan menjadi seperti lumpur kembali. Kemudian dibiarkan
mengalami proses peragian.
Kemudian Allah SWT
menyuruh Jibril untuk membawakan Malaikat Maut segenggam unsur putih yang ada
dijantung bumi yang mana unsur putih ini menyilaukan mata.Unsur putih inilah
yang akan menjadi Nabi-Nabi.
Dengan disertai para
malaikat, maka Jibril turun kebumi dan mengambil segenggam tanah dilokasi yang
sekarang menjadi makam Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu tanahnya putih
murni.Tanah putih ini diadoni dengan air mulia dan dirawat seperti
mutiara yang berwarna putih. Kemudian dicelupkan kedalam semua sungai yang ada
disyurga.
Adonan ini mengeluarkan
124.000 tetesan. Dan Allah menjadikan tetesan tersebut menjadi 124.000
Nabi. Dan cahaya para nabi tersebut berasal dari cahaya Muhammad. Setelah itu
oleh para malaikat dibawanya keliling langit dan bumi sehingga para malaikat
jadi tahu bahwa ini adalah Muhammad. Bahkan sebelum mereka mengenal Adam.
Setelah itu dibentuk
dengan cetakan Adam,kemudian dibiarkan selama 40 tahun lagi hingga menjadi
seperti lempung yang dibakar.Lempung yang kering akan mengeluarkan bunyi bila
dipukul dengan tangan.
Abdullah bin Salam
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana penciptaan Adam.Rasulullah
berkata; “Kepala dan dahi diciptakan dari tanah Ka’bah,dada dan punggungnya
dari tanah Yerussalem,pahanya dari tanah Yaman,kakinya dari tanah Mesir dan
Hijaj(sekarang Arab Saudi),tangan kanannya dari timur bumi dan tangan kirinya
dari barat bumi(Timur dan Barat Ka’bah).
Kemudian Allah SWT
menempatkannya digerbang surga. Kapanpun sekelompok malaikat lewat,mereka
terkagum dan terpesona melihat keindahan bentuk dan postur tubuhnya. Para
malaikat belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu atau sesuatu yang
mendekati keindahannya.
Ketika Iblis melewatinya,
iblis bertanya; “Apa tujuan kamu diciptakan?”
Kemudian Iblis
memukulnya,dan Iblis menyaksikan bahwa ada bagian yang berlubang pada
tubuh tersebut. Lalu Iblis lewat ke dalam tubuh tersebut lewat mulutnya,
kemudian keluar dari bagian yang lain.
Lalu Iblis berkata pada
para Malaikat; “Ini adalah salah satu makhluk berlubang yang tak dapat berdiri
dan juga tak dapat mempertahankan keutuhannya.”
Iblis bertanya kepada
para malaikat; “Misal saja sesuatu ini lebih dimuliakan ketimbang kalian,
maka apa yang akan kalian lakukan?”
Para malaikat berkata,
“Kami akan mentaati perintah Tuhan kami.”
Iblis berkata pada
dirinya sendiri; “Demi Allah! Jika sesuatu ini lebih dimuliakan daripada
aku,maka aku akan menggugatnya dan menentangnya. Namun kalau aku lebih dimuliakan
daripada sesuatu itu,maka aku akan binasakan sesuatu itu.”
Demikian hadits tersebut
menjelaskan. Menurut seorang ulama bernama Ibnu Ishaq, setelah Allah SWT
menciptakan raga Adam, Allah meniupkan ruh kedalamnya. Menurut para ulama,
ketika hendak meniupkan ruh kedalam Adam, Allah menyuruh ruh itu masuk melalui
mulutnya, kemudian ruh itu mengatakan; “Ini merupakan sebuah pintu masuk yang
dalam lagi gelap.”
Allah SWT kembali
menyuruhnya dan jawaban ruh tetap seperti itu. Kejadian yang sama berlangsung 3
kali. Pada yang keempat kalinya, Allah SWT berfirman; “Masuklah kedalamnya
meskipun kamu tidak suka dan keluarlah darinya seperti itu juga.”
Setelah itu ruh masuk
kembali melalui mulut. Sekali ruh ditiupkan kedalam Adam, maka yang pertama-tama
dilaluinya adalah otaknya dan menetap dalam otak selama 200 tahun menurut
perhitungan dunia.
Kemudian ruh turun ke
mata Adam,lalu turun kelubang hidung dan adampun bersin. Setelah bersin ruh
turun kemulut dan lidah. Lalu Allah mengajarkan kepada ruh untuk mengucapkan,
“Alhamdulillahi robbil ‘alamin.”
Lalu Allah SWT merespon
dengan kalimat; “YarhamakuRobbuka yaa Adam li Rohmati kholaqtuka.”
Dan Allah SWT berfirman,
“Wahai Adam! Kamu telah memanjatkan pujian untuk-Ku. Demi kemuliaanKu kalau
saja bukan karena ke dua hambaKu yang akan Aku ciptakan pada akhir zaman, tentu
sama sekali Aku tidak akan menciptakanmu.”
Adam berkata; “Wahai
Tuhan, demi kedudukan mereka disisiMu,siapakah mereka itu?”
Allah SWT berfirman,
“Wahai Adam! Lihatlah kearah Arsy!”
Lalu Adam melihat Arsy
dan terlihat 2 garis cahaya. Garis yang satu bertuliskan; “Tiada Tuhan selain
Allah, Muhammad adalah Nabi Pembawa Rahmat dan beriman kepada kepada Allah
adalah kunci menuju surga.”
Sedangkan garis kedua
terbaca; “Aku akan bermurah hati dan mencurahkan rahmat kepada semua yang
menerima wilayahnya (mengakui kepemimpinan mereka dan mencintai Muhammad SAW )
dan akan menurunkan siksaan atas siapa saja yang menentang mereka.”
Kemudian ruh turun
kedada dan tulang rusuknya. Lalu Adam mencoba untuk berdiri namun tidak dapat.
Ketika ruh sampai perut Adam merasa lapar setelah itu ruh menyebar keseluruh
tubuh. Lalu Allah memberinya kuku.
Nabi Adam pun kian hari
kian rupawan. Allah SWT memerintahkan malaikat untukmenghiasi Adam dengan
hiasan-hiasan, pakaian dan perlengkapan dari surga. Dari tulang-tulang sendi
Adam memancar cahaya seperti sinar matahari.
Allah SWT memerintah
malaikat agar Nabi Adam AS dibawa diatas bahu dan diperintahkan untuk
dibawa keliling langit. Para malaikat membawa Adam berkeliling selama 100
tahun.
Ketika Nabi Adam AS
melewati sekelompok malaikat, Adam mengucapkan, “Assalammu ‘alaikum wahai
malaikat Allah!”
Para malaikat menjawab;
“Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh!”
Allah SWT berfirman;
“Wahai Adam! Beginilah ucapan salam kamu dan ucapan salam orang yang beriman
dari kalangan keturunanmu kepada satu sama yang lainnya sampai hari kiamat.”
Kemudian Allah SWT
mengajarkan nama segala sesuatu. Semua para malaikat sujud/menghormati
Adam kecuali Iblis.
Setelah itu Adam AS
tinggal di surga. Sampai akhirnya Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk kiri
Adam AS pada hari Jum’at.
Maka Adam dan Hawa
tinggal disana sampai mereka dikeluarkan dari surga karena tidak menuruti
perintah Allah (melanggar larangan Allah SWT untuk tidak memakan buah khuldi).
Mereka keluar dari surga
setelah Maghrib. Pelanggaran perintah yang dilakukan Adam AS bukan suatu dosa
tapi merupakan suatu ujian yang tidak lulus yang menyebabkan kedudukan
derajatnya sebagai Nabi menjadi lebih rendah.
Kesombongan Iblis
Saat semua makhluk
penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari
bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa
dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Nabiyullah Adam
AS . Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur
api, sedangkan Nabiyullah Adam AS hanyalah dari tanah dan
lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk
bersujud menghormati Nabiyullah Adam AS seperti para makhluk
surga yang lain.
Allah SWT ingin
menampakkan penghormatan malaikat kepada kepada Nabi Adam AS secara lahir dan
batin. Untuk itu, Allah SWT perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi
Adam AS:
“Sujudlah kepada
Adam!” (Al-Baqarah:
34)
Hal ini merupakan
penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Adam AS dan dalam rangka ibadah, cinta
dan taat kepada Allah SWT, serta tunduk kepada perintah-Nya. Segeralah para
malaikat itu bersujud.
Namun Iblis yang berada
di tengah-tengah mereka yang tentunya ikut serta mendapatkan perintah itu
–Iblis itu sendiri bukan dari golongan malaikat melainkan dari golongan jin
yang diciptakan dari api– justru menyimpan kekafiran kepada Allah SWT dan
kedengkian kepada Nabi Adam AS. Kufur dan rasa dengki itu membuat Iblis enggan
sujud kepada Nabi Adam AS. Tak cuma menunjukkan kesombongan, Iblis bahkan
menyangkal perintah Allah SWT dan mencela kebijaksanaan-Nya. Katanya:
“Aku lebih baik darinya.
Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.” (Al-A’raf: 12)
Maka Allah SWT katakan:
“Wahai Iblis,
apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang telah Kuciptakan dengan dua
tangan-Ku? Apakah engkau sombong ataukah engkau (merasa) termasuk orang-orang
yang lebih tinggi?” (Shad: 75)
Kekufuran, kesombongan,
dan pembangkangan ini merupakan sebab terusirnya dan terlaknatinya Iblis. Allah
SWT katakan kepadanya:
“Turunlah kamu
dari jannah karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka
keluarlah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raf: 13)
Iblis enggan tunduk dan
bertaubat kepada Rabbnya, bahkan menentang, meremehkan, dan bertekad bulat
untuk memusuhi Adam AS beserta anak cucunya. Ia pun menyiapkan diri saat
mengetahui dirinya telah ditetapkan menjadi makhluk yang sengsara
selama-lamanya. Ia, dengan ucapan dan perbuatan bersama bala tentaranya,
berikrar untuk mengajak anak cucu Adam AS agar menjadi golongan yang telah
diputuskan untuk tinggal di rumah kehancuran (neraka). Iblis nyatakan hal itu
dengan mengatakan kepada Allah SWT :
“Wahai Rabbku,
berilah aku waktu sampai hari kebangkitan.” (Shad: 79)
Iblis benar-benar
meluangkan waktu untuk menebar permusuhan di kalangan Adam AS dan anak cucunya.
Maka tatkala hikmah Allah SWT menuntut agar manusia mempunyai tabiat dan akhlak
yang berbeda-beda, maka Allah SWT juga menentukan sesuatu yang menyebabkannya.
Yaitu berupa cobaan dan ujian, dan yang terbesarnya adalah Iblis diberi
kesempatan untuk mengajak anak Adam u kepada semua jenis kejahatan. Maka Allah
SWT pun menjawab:
“Sesungguhnya
kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai pada hari yang telah
ditentukan waktunya.” (Shad: 80-81)
Iblis menyambut jawaban
itu dengan menegaskan permusuhan kepada Adam AS beserta anak cucunya dan
menegaskan maksiatnya kepada Allah SWT, katanya:
“Karena Engkau telah
menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari
jalan-Mu yang lurus kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 16-17)
Iblis mengucapkan itu
berdasarkan sangkaannya, karena ia tahu benar tabiat anak Adam AS.
“Dan Iblis telah
membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya
kecuali sebagian orang-orang yang beriman.” (Saba`: 20)
Allah SWT berikan Iblis
kesempatan untuk melakukan perkara yang telah menjadi niatannya pada Adam AS
dan anak cucunya. Allah SWT katakan dalam Surat Al-Isra‘ ayat 63-64:
“Pergilah, siapa yang
mengikutimu dari mereka, maka jahannamlah balasan kalian semua sebagai suatu
pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka
dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan
berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak.” (Al-Isra`: 63-64)
Yakni jika kamu mampu,
jadikanlah mereka orang-orang yang menyeleweng dalam mendidik anak-anak mereka
dengan didikan yang rusak dan dalam membelanjakan harta mereka kepada hal-hal
yang mudharat, juga dalam mencari harta dari yang tidak baik.
Begitu pula ikut
sertalah dengan mereka jika mereka makan, minum, dan berjima’, yakni ketika
mereka tidak menyebut nama Allah SWT. Juga perintahkanlah mereka untuk tidak
beriman dengan hari kebangkitan dan pembalasan serta agar mereka tidak
melakukan kebajikan. Takut-takuti mereka dengan pembantu-pembantumu, berikan
kekhawatiran pada mereka dengan kefakiran ketika berinfak yang baik.
Kesempatan yang Allah
SWT berikan ini sesungguhnya demi sebuah hikmah dan rahasia yang besar. Sungguh
engkau, wahai musuh yang nyata, tidak akan menyisakan sedikitpun dari
kemampuanmu dalam menyesatkan mereka. Manusia yang jahat akan nampak kejahatan
dan kejelekannya.
Adapun keturunan Adam AS
yang terpilih, baik dari kalangan para nabi dan pengikutnya, maupun orang-orang
yang sangat jujur dalam beriman, dan para wali-Nya, maka Allah SWT tidak akan
menguasakan musuh ini (Iblis) atas mereka. Bahkan Allah SWT menjadikan di
sekitar mereka pagar pelindung yang begitu kuat, sebagai perlindungan dari
Allah SWT.
Disebabkan oleh
kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga
dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang
akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin
sebagai penghuni neraka yang abadi.
Iblis dengan sombong
menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk diberi kehidupan
yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis
mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga
bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan
yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman
bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan
sepenuh hati.
Pengetahuan Nabi Adam AS
Allah hendak
menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Nabiyullah
Adam AS dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang
menyatakan Nabiyullah Adam AS sebagai penguasa bumi, maka
Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat
tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada
di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.
Nabi Adam AS lalu
diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para
malaikat dan setelah diberitahu oleh Nabi Adam AS, berfirmanlah Allah kepada
mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta
mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Ini menunjukkan bahwa
manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang
statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah
saja.
Nabi Adam AS menghuni
surga
Nabi Adam AS diberi
kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi.
Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Nabiyullah Adam
AS memberinya nama, Hawa. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan
oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih
tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah
berfirman kepada Adam:
“ Hai Adam, diamilah
oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak
lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah
[2]:35) ”
Segala kesenangan ada di
dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah
memperolehinya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman
setiap insan. Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta
alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam
‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan
Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara,
tanpa mempunyai seorang kawan pun. Ia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap
ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah
sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang
berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas,
bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.
Adam a.s terpikat
melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan
kawan yang hendak diajak. Ia merasa kesepian, lama sudah. Ia tinggal di syurga
bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesra sebagaimana
burung-burung yang dilihatnya. Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali
bermalas-malas begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang
indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam bunga-bunga kuntum semerbak yang
wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang
desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.
Adam kesepian
Apa saja di dalam syurga
semuanya nikmat! Tetapi apalah erti segalanya kalau hati selalu gelisah resah
di dalam kesepian seorang diri?
Itulah satu-satunya
kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Ia perlu kepada sesuatu,
iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang
tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindu dendamnya datang, turunlah ia ke
bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi
bersahut-sahutan, tetapi aduh hai kasihan…bukannya hati menjadi tenteram, malah
menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana
daun-daunan bergerak lemah gemalai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah
di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin
yang tegak di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Tetapi walaupun
demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun,
walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta’ala sendiri Maha Tahu serta Maha
Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta’ala ingin
mengusir rasa kesepian Adam.
Hawa diciptakan
Tatkala Adam a.s sudah
berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia
lagi duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani
serba mewah, maka tiba-tiba ngantukpun datanglah menawannya serta langsung
membawanya hanyut ke alam tidur.
Adam a.s tertidur
nyenyak, tak sedar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang
demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk
mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang
sedang terbius, Adam a.s tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya
dicabut oleh malaikat Jibril a.s. Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala
menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari
tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai
pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang
kawan tempat ia boleh bermesra dan bersenda gurau.
Pertemuan Adam dan Hawa
Hawa duduk bersandar
pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan
permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah
dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.
Butir-butir fikiran yang
menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik
yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi
yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.
Adam terjaga….! Alangkah
terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya
beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia
masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang
dilihatnya.
Hawa yang diciptakan
lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekadar untuk menyembunyikan
bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja,
diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi
hati yang melihatnya.
Memang dijadikan Hawa
dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan,
kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang,
kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping
bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.
Ia adalah wanita
tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun
temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang
diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.
Adam a.s pun tak kurang
gagah dan kacaknya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya kerana ia adalah
satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa
perantaraan.
Semua kecantikan yang
diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya. Kecantikan itu pulalah yang diwariskan
turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT
kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia. Bahkan diriwayatkan bahawa
kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa
Adam a.s.
Adam a.s bangkit dari
pembaringannya, memperbaiki duduknya. Ia membuka matanya, memperhatikan dengan
pandangan tajam. Ia sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan
selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang
mempunyai bentuk fizikal seperti dirinya. Ia yakin ia tidak salah pandang. Ia
tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeza kelaminnya saja. Ia serta
merta dapat membuat kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia
sedar bahawa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur,
bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.
Ia tertawa kepada gadis
jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan
pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselit di
kalbunya.
Adam terpikat
Adam terpikat pada rupa
Hawa yang jelita, yang bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang
bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.
Tuhan menanam asmara
murni dan hasrat berahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling
asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua
insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang
paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang
jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.
Adam a.s dibisikkan oleh
hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan
kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya
sopan, lembut, dan penuh kasih sayang.
“Aku Hawa,” sambutnya
ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku….aku….aku,
dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan.
Tiada suara yang seindah
dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat
di dalam syurga. Tetapi suara Hawa….tidak pernah di dengarnya suara sebegitu
indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkit
rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.
Kata-kata yang paling
segar didengar Adam a.s ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus:
“Aku….aku….aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan
Adam kepada Hawa.
Adam a.s sedar bahawa
nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. Ia tahu bahawa
Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada
kecantikan berertilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi
malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin
mendalam. Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan
demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah
engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.
“Aku malu!” balas Hawa
seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya
memandang Adam dengan penuh ketakjuban.
“Kalau engkau yang
inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah
memberi harapan.
Adam tidak ragu-ragu. Ia
mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah teradat sudah bahawa
wanita itu didatangi, bukan mendatangi.
Hawa bangkit dari tempat
duduknya, menggeser surut beberapa langkah. Ia sedar bahawa walaupun dirinya
diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat
tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahawa iapun terpesona
dan tertarik kepada rupa Adam a.s yang sungguh indah.
Adam a.s tidak putus
asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa
menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap
malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahawa di balik “malu” terselit “rasa
mahu”. Kerananya ia yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan baginya.
Naluri insaninya bergelora.
Tatkala sudah dekat ia
pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba
terdengarlah panggilan ghaib berseru:
“Hai Adam….tahanlah
dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”.
Adam a.s tertegun, balik
ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.
Kedua-dua manusia syurga
itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.
Perkawinan Adam dan Hawa
Allah SWT. Yang
Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua
hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari
penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta
membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga.
Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul
bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan
Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahawa pada
akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku,
segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan
segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu
hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku menikahkan
Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya
bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.
Malaikat dan para
bidadari berdatangan
Setelah akad nikah
selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan
mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin
agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan
isterinya di istana megah yang akan mereka diami. Hawa menuntut haknya. Hak
yang disyariatkan Tuhan sejak semula. “Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak
persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
Adam a.s bingung
seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah sedia memberi. Ia insaf
bahawa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.
Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi
dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan
ialah mahar. Oleh kerananya Adam a.s menyedari bahawa tuntutan Hawa untuk
menerima mahar adalah benar.
Mahar Pernikahan Adam
Pergaulan hidup adalah
persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi
perkahwinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang
harus diberikan? Itulah yang sedang difikirkan Adam. Untuk keluar dari
keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan
kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”. “Bukan!” kata Tuhan.
“Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai
maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan. “Bukan!” tegas suara Ghaib.
Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau
begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”. Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa
ialah selawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkit yang membawa
pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan
penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.
Adam a.s merasa lega. Ia
mengucapkan sepuluh kali salawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar
kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, kerana Nabi Muhammad SAW
adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Hawa mendengarkannya dan
menerimanya sebagai mahar.
“Hai Adam, kini Aku
halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”.
Adam a.s bersyukur lalu
memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala
keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah SWT. berfirman
kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan
makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah
kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan
menjadi zalim”.
(QS Al-A’raaf: 19).
Dengan pernikahan ini
Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan
pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam
syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh
para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa pernikahan
Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya berdiam di
syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi.
Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah
SWT dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi
hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.
Firman Allah SWT.: “Kami
berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada
kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 38)
Tipu daya Iblis
Sesuai dengan ancaman
yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, Iblis
mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga
yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang
dilarang oleh Allah kepada mereka.
Iblis menipu mereka
dengan mengatakan bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang
itu karena mereka akan hidup kekal seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan
itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka
terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka
melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah
berfirman:
“ Turunlah kamu!
Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman
di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. (Q.S.
Al-Baqarah [2]:36) ”
Mendengar firman Allah
tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan
sehingga mendapat dosa besar karenanya. Mereka lalu bertaubat kepada Allah dan
setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:
“ Turunlah kamu
dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa
yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. ”
Peristiwa ini hanyalah
skenario yang dirancang oleh Allah. Tujuannya adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada Nabi Adam AS dan Hawa mengenai apa yang boleh mereka
kerjakan dan apa yang tidak boleh mereka kerjakan. Adam dan Hawa diturunkan ke
Bumi bukan karena hukuman melainkan karena sebelum mereka diciptakan, Allah
memang akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka Bumi. Oleh karena itu
jika mereka tidak memakan buah terlarang pun mereka tetap akan diturunkan ke
Bumi.
Pendapat tentang kaum
wanita -seperti ibu kita Hawa – yang harus bertanggung jawab atas kesengsaraan
hidup manusia, dengan mengatakan bahwa Hawa yang menjerumuskan Adam untuk
memakan buah terlarang dan seterusnya, tidak diragukan lagi adalah pendapat
yang tidak Islami.
Sumber pendapat ini
ialah Kitab Taurat dengan segala bagian dan tambahannya. Ini merupakan pendapat
yang diimani oleh kaum Yahudi dan Nasrani, serta sering menjadi bahan referensi
bagi para pemikir, penyair, dan penulis mereka. Bahkan tidak sedikit (dan ini
sangat disayangkan) penulis muslim yang bertaklid buta dengan pendapat
tersebut.
Namun, bagi orang yang membaca
kisah Adam dalam Al-Qur’an yang ayat-ayatnya (mengenai kisah tersebut)
terhimpun dalam beberapa surat, tidak akan bertaklid buta seperti itu. Ia akan
menangkap secara jelas fakta-fakta seperti berikut ini.
1. Taklif ilahi untuk
tidak memakan buah terlarang itu ditujukan kepada Adam dan Hawa (bukan Adam
saja). Allah berfirman:
“Dan Kami berfirman,
‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
zalim.” (al-Baqarah: 35)
2. Bahwa yang mendorong
keduanya dan menyesatkan keduanya dengan tipu daya, bujuk rayu, dan sumpah
palsu ialah setan, sebagaimana difirmankan Allah:
“Lalu keduanya digelincirkan
oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula …” (al-Baqarah: 36)
Dalam surat lain
terdapat keterangan yang rinci mengenai tipu daya dan bujuk rayu setan:
20. Maka syaitan
membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa
yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu
tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak
menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
21. dan Dia (syaitan)
bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah Termasuk orang yang
memberi nasehat kepada kamu berdua",
22. Maka syaitan
membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya
telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu
itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu berdua?"
23. keduanya berkata:
"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami
Termasuk orang-orang yang merugi. (al-A’raf: 20-23)
Dalam al-Qur’an surat
Thaha diceritakan bahwa Adam a.s. yang pertama kali diminta pertanggungjawaban
tentang pelanggaran itu, bukan Hawa. Karena itu, peringatan dari Allah tersebut
ditujukan kepada Adam, sebagai prinsip dan secara khusus.Kekurangan itu dinisbatkan
kepada Adam, dan yang dipersalahkan – karena pelanggaran itu – pun adalah Adam.
Meskipun istrinya
bersama-sama dengannya ikut melakukan pelanggaran, namun petunjuk ayat-ayat itu
mengatakan bahwa peranan Hawa tidak seperti peranan Adam, dan seakan-akan Hawa
makan dan melanggar itu karena mengikuti Adam.
Allah SWT berfirman:
115. dan Sesungguhnya
telah Kami perintahkan[947] kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah
itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
116. dan (ingatlah) ketika
Kami berkata kepada Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", Maka
mereka sujud kecuali iblis. ia membangkang.
117. Maka Kami berkata:
"Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu,
Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.
118. Sesungguhnya kamu
tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
119. dan Sesungguhnya
kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di
dalamnya".
120. kemudian syaitan
membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan
binasa?"
121. Maka keduanya
memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan
durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia[949].
122. kemudian Tuhannya
memilihnya[950] Maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (QS Thaha:
115-122)
[947] Perintah Allah ini
tersebut dalam ayat 35 surat Al Baqarah.
[948] Pohon itu
dinamakan Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang
yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah
mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak
menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam
surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.
[949] Yang dimaksud
dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah karena lupa, dengan tidak
sengaja, sebagaimana disebutkan dalam ayat 115 surat ini. dan yang dimaksud
dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan syaitan. kesalahan Adam a.s.
meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai durhaka
dan sesat, karena tingginya martabat Adam a.s. dan untuk menjadi teladan bagi
orang besar dan pemimpin-pemimpin agar menjauhi perbuatan-perbuatan yang
terlarang Bagaimanapun kecilnya.
[950] Maksudnya: Allah
memilih Nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.
3. Al-Qur’an telah
menegaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah untuk suatu tugas yang sudah
ditentukan sebelum diciptakannya. Para malaikat pada waktu itu sangat ingin
mengetahui tugas tersebut, bahkan mereka mengira bahwa mereka lebih layak
mengemban itu daripada Adam. Hal ini telah disebutkan dalam beberapa ayat surat
al-Baqarah yang disebutkan Allah SWT sebelum menyebutkan ayat-ayat yang
membicarakan bertempat tinggalnya Adam dalam surga dan memakan buah terlarang.
Firman Allah:
30. ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. mereka menjawab:
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana[35]."
33. Allah berfirman:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?" (al-Baqarah: 30-33)
[35] Sebenarnya
terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim Ialah:
yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai
dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana
karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Disebutkan pula dalam
hadits sahih bahwa Adam dan Musa a.s. bertemu di alam gaib. Musa hendak
menimpakan kesalahan kepada Adam berkenaan dengan beban yang ditanggung manusia
karena kesalahan Adam yang memakan buah terlarang itu (lantas dikeluarkan dari
surga dan diturunkan ke bumi sehingga menanggung beban kehidupan seperti yang
mereka alami; penj.) . Kemudian Adam membantah Musa dan mematahkan
argumentasinya dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi itu sudah merupakan
ketentuan ilahi sebelum ia diciptakan, untuk memakmurkan bumi, dan bahwa Musa
juga mendapati ketentuan ini tercantum dalam Taurat.
Dari Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adam dan
Musa pernah berbantahan. Musa berkata, ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak kami.
Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari
surga.’
Adam menjawab, ‘Engkau
wahai Musa, engkau telah dipilih dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan kehendak-Nya engkau dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah engkau
mencelaku karena urusan yang telah ditakdirkan Allah atasku sejak 40 tahun
sebelum aku diciptakan-Nya?’
Demikianlah Adam
membantah Musa, demikianlah Adam membantah Musa, demikianlah Adam membantah
Musa.”
(HR. Bukhari, no. 3407
dan Muslim, no. 2652)
Hadits ini memberikan dua
pengertian kepada kita. Pertama, bahwa Musa menghadapkan celaan itu kepada
Adam, bukan kepada Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutkan dalam
Taurat (sekarang) bahwa Hawa yang merayu Adam untuk memakan buah terlarang itu
tidak benar. Itu adalah perubahan yang dimasukkan orang ke dalam Taurat.
Kedua, bahwa
diturunkannya Adam dan anak cucunya ke bumi sudah merupakan ketentuan ilahi
dalam takdir-Nya yang luhur dan telah ditulis oleh kalam ilahi dalam Ummul
Kitab (Lauh al-Mahfuzh), untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan melalui
risalah-Nya di atas planet ini, sebagaimana yang dikehendaki Allah, sedangkan
apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi.
4. Bahwa surga (jannah),
tempat Adam diperintahkan untuk berdiam di dalamnya dan memakan buah-buahannya,
kecuali satu pohon, dan disuruh hengkang dari sana karena melanggar larangan
(memakan buah tersebut), tidak dapat dipastikan bahwa surga tersebut adalah
surga yang disediakan Allah untuk orang-orang muttaqin di akhirat kelak. Surga
yang dimaksud belum tentu surga yang di dalamnya Allah menciptakan sesuatu
(kenikmatan-kenikmatan) yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar
telinga, dan tidak seperti yang terlintas dalam hati manusia.
Para ulama berbeda
pendapat mengenai “surga” Adam ini, apakah merupakan surga yang dijanjikan
kepada orang-orang mukmin sebagai pahala mereka, ataukah sebuah “jannah”
(taman/kebun) dari kebun-kebun dunia, seperti firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah
menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik
kebun (jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan
memetik (hasil)-nya di pagi hari.” (al-Qalam: 17)
Dalam surat lain Allah
berfirman:
“Dan berikanlah kepada
mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki. Kami jadikan bagi seorang
diantara keduanya (yang kafir) dua buah kebun (jannatain) anggur dan Kami
kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan diantara kedua kebun itu
Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada
kurang buahnya sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun
itu.” (al-Kahfi: 32-33)
Ibnul Qayyim menyebutkan
kedua pendapat tersebut dengan dalil-dalilnya masing-masing dalam
kitabnya Miftahu Daaris Sa’adah. Silakan membacanya siapa yang
ingin mengetahui lebih jauh masalah ini. Wallahu a’lam.
Nabi Adam dan Hawa turun
ke bumi
Nabi Adam dan Hawa
kemudian diturunkan ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh
dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan
beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam
bentuknya.
Menurut kisah Adam
diturunkan di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di
Arabia. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah
40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri
Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.
Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.
Di bumi pasangan Adam
dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah
pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda.
Setelah keempat anaknya dewasa, Adam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat
anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.
Namun Qabil menolak
karena Iqlima jauh lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan
ini kepada Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban.
Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban
itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan
peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari
yang dimilikinya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil lebih
berhak menentukan pilihannya.
Kisah Qabil Habil
Waktu terus berlalu, Pada tahun pertama sejak Adam dan Hawa dipertemukan Hawa melahirkan sepasang anak kembar, lelaki dan perempuan. Si lelaki dinamakan Qabil, dan yang perempuannya dinamakan Iqlima.Pada tahun berikutnya lahir lagi sepasang anak kembar, yaitu Habil dan Labuda. Nabi Adam dan Hawa dari ke empat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang berkembang biak mengisi bumi Allah.Dibawah asuhan ayah dan ibunya yang penuh cinta kasih, tumbuhlahlah keempat anak itu dengan cepatnya. Nabi Adam dan Hawa tidak membeda-bedakan kasih sayang di antara anak-anaknya. Yang perempuan di didik sesuai dengan kodrat wanita yaitu menolong ibunya dan mengurus rumah tangga dan melakukan hal-hal yang menjadi tugas wanita. Sedang yang lelaki mencari nafkah sesuai dengan bakat masing-masing. Qabil berusaha dalam bidang pertanian, Habil berusaha di bidang peternakan.
Ketika menginjak usia dewasa Allah memberi petunjuk kepada Nabi Adam agar mengawinkan putra putinya. Qabil di kawinkan dengan adik Habil yang bernama Labuda. Sedang Habil di kawinkan dengan adik Qabil yang bernama Iqlima. Inilah syariat yang telah di tentukan Allah. Cara ini di sampaikan kepada putra putrinya. Namun Qabil menolak mentah-mentah. Ia tidak mau di kawinkan dengan Labuda yang berwajah jelek, tidak secantik adiknya sendiri yaitu Iqlima. Rupanya Qabil telah termakan bujukan Iblis, Ia lebih memperturutkan hawa nafsu dari pada akalnya. Ia tidak mau menerima syariat yang di tetapkan Nabi Adam.
Waktu terus berlalu, Pada tahun pertama sejak Adam dan Hawa dipertemukan Hawa melahirkan sepasang anak kembar, lelaki dan perempuan. Si lelaki dinamakan Qabil, dan yang perempuannya dinamakan Iqlima.Pada tahun berikutnya lahir lagi sepasang anak kembar, yaitu Habil dan Labuda. Nabi Adam dan Hawa dari ke empat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang berkembang biak mengisi bumi Allah.Dibawah asuhan ayah dan ibunya yang penuh cinta kasih, tumbuhlahlah keempat anak itu dengan cepatnya. Nabi Adam dan Hawa tidak membeda-bedakan kasih sayang di antara anak-anaknya. Yang perempuan di didik sesuai dengan kodrat wanita yaitu menolong ibunya dan mengurus rumah tangga dan melakukan hal-hal yang menjadi tugas wanita. Sedang yang lelaki mencari nafkah sesuai dengan bakat masing-masing. Qabil berusaha dalam bidang pertanian, Habil berusaha di bidang peternakan.
Ketika menginjak usia dewasa Allah memberi petunjuk kepada Nabi Adam agar mengawinkan putra putinya. Qabil di kawinkan dengan adik Habil yang bernama Labuda. Sedang Habil di kawinkan dengan adik Qabil yang bernama Iqlima. Inilah syariat yang telah di tentukan Allah. Cara ini di sampaikan kepada putra putrinya. Namun Qabil menolak mentah-mentah. Ia tidak mau di kawinkan dengan Labuda yang berwajah jelek, tidak secantik adiknya sendiri yaitu Iqlima. Rupanya Qabil telah termakan bujukan Iblis, Ia lebih memperturutkan hawa nafsu dari pada akalnya. Ia tidak mau menerima syariat yang di tetapkan Nabi Adam.
Nabi Adam adalah ayah yang bijaksana. Ia terus menasihati Qabil agar menerima keputusan yang berasal dari Allah, namun Qabil tetap menolak. Akhirnya Adam memerintahkan kepada Qabil dan Habil mempersembahkan qurban. Biarlah Allah sendiri yang akan menentukan masalah itu.
Maka dengan di saksikan seluruh anggota keluarga Adam, Qabil dan Habil mempersembahkan qurban di atas bukit. Qabil mempersembahkan hasil pertaniannya. Ia sengaja memilih hasil gandum dari jenis yang jelek.
Sedang Habil mempersembahkan seekor kambing terbaik dan yang paling ia sayangi.
Dengan berdebar-debar mereka menyaksikan dari jauh. tak lama kemudian nampak api besar menyambar kambing persembahan Habil. Sedangkan gandum persembahan Qabil tetap utuh, berarti qurbannya tidak di terima. Qabil sangat kecewa melihat kenyataan itu. Ia terpaksa menerima kenyataan itu. Padahal hatinya tetap tidak mau menerimanya. Maka berlangsunglah perkawinan itu. Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.
Hari-hari berlalu. Iblis datang meraksuki pikiran Qabil. Ia membisikan sesuatu. Bahwa jika Qabil dapat membunuh Habil tentulah ia akan mengawini Iqlima yang cantik jelita. Hal ini terus menerus di lakukan oleh Iblis tanpa jemu dan bosan. Pada dasarnya nafsu Qabil memang ingin memiliki Iqlima, maka ia turuti bisikan iblis itu. Pada suatu hari, ketika Habil mengembalakan ternaknya di tempat yang sepi. Jauh dari permukima Nabi Adam dan Hawa, tiba-tiba tanpa sepengetahuan Habil saudaranya itu memukul kepalanya dengan keras sekali. Maka matilah Habil. Inilah pembunuhan pertama atas umat manusia di bumi. Iblis tertawa kesenangan, ia telah mempunyai teman.
Setelah Habil mati, Qabil merasa kebingungan. di guncang-guncangkan tubuh saudaranya itu, tentu saja tak mau bergerak. Lalu ia bawa kesana kemari. Ia benar-benar kacau, tak tau harus di kemanakanmayat saudaranya itu. Ia merasa menyesal, air matanya berlinangan. Pada saat Qabil kebingan, Allah memberikan ilham melalui burung gagak. Ada dua ekor burung gagak yang berebut hendak mematuk mayat Habil. Burung gagak itu bertarung. Salah seekor tewas dalam pertarungan itu. Lalu burung gagak yang masih hidup menggali tanah. Burung gagak yang mati di tarik ke dalam tanah dan di timbuninya.
Demikianlah, Qabil meniru perbuatan burung gagak itu. Ia menggali tanah dan menguburkan mayat saudaranya itu. Namun setelah selesai menguburkan mayat sudaranya, ia tetap merasa gelisah. Apa yang harus di katakannya kepada bapaknya-Nabi Adam. Ia tidak berani pulang. Rasa bersalah membuatnya merasa ketakutan sendiri. Lebih-lebih ketika ia melihat ayahnya dari atas bukit datang menghampiri. Qabil makin panik, Ia melarikan diri. Masuk hutan, mendaki gunung dan menuruni jurang. Nabi Adam dan Hawa merasa sedih atas kejadian itu. Sebab beliau hanyalah manusia biasa yang mempunyai hati dan perasaan.
Beliau pasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya. Ia bermohon untuk diri dan keluarganya agar di karuniai kesabaran dan keteguhan iman. Serta bertaubat, beristighfarmohon pengampunan Allah. Selama beberapa tahun Ibu Hawa melahirkan putra-putri kembar. sehingga anak turunannya demikian banyak. Maka berkembanglah anak manusia keturunan Nabi Adam.
Setelah manusia berkembang banyak, dan Nabi Adam meninggal dunia. Banyak umat manusia yang berpaling dari kebenaran. Untuk mengingatkan manusia dari kelalaian maka Allah mengutus Nabi Idris sebagai Nabi dan Rasul.
Pasca terbunuhnya Habil,
bukan main kesedihan Nabi Adam ‘alaihissalam, Isak tangis bertahun-tahun
mengiringinya. Hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniainya seorang
anak sebagai pengganti Habil. Anak tersebut bernama Syits, maknanya pemberian
Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena anak itu merupakan pemberian Allah Subhanahu
wa Ta’ala untuk menggantikan Habil.
Setelah Syits menginjak
dewasa, Nabi Adam ‘alaihissalam memberikan kepercayaan penuh kepadanya, segala
ilmu yang diraihnya diajarkan kepada Syits. Bahkan ketika akan meninggal, Nabi
Adam ‘alaihissalam memberikan wasiat kepada Syits untuk menggantikan dalam
memimpin anak keturunannya untuk beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia
juga diberi shuhuf (lembaran-lembaran wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
mentakdirkan keturunannya berlanjut. Semua manusia silsilah keturunannya
berasal dari Syits, sedang anak Nabi Adam ‘alaihissalam yang lain punah (tidak
berlanjut keturunannya).
Adapun Qabil,
Al-Qurthubi menukil dalam Tafsir-nya dan Ibnu Jauzi dalam Talbis Iblis, bahwa
Qabil lari bersama saudara kembarnya ke daerah Adnan di Yaman. Maka datanglah
Iblis menggodanya seraya berkata, “Sesungguhnya kurban saudaramu dimakan api
itu karena ia menyembah api, maka buatlah tungku dan sembahlah api! Hal itu
akan bermanfaat bagimu dan keturunanmu.” Selanjutnya Qabil membangun rumah
penyembahan api, maka dialah yang mula-mula melakukan penyembahan api, wallahu
a’lam.
Namun yang jelas, Qabil
adalah makhluk yang pertama kali masuk neraka dari kalangan manusia.
Keturunannya banyak yang membuat kerusakan di bumi karena didikannya,
sebagaimana Allah ceritakan dalam firman-Nya (artinya),
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
رَبَّنَآ أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلاَّنَا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ نَجْعَلْهُمَا
تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ اْلأَسْفَلِينَ
“Dan berkata orang-orang
kafir di neraka: “Wahai Robb kami, perlihatkan kepada kami dua makhluk yang
telah menyesatkan kami dari kalangan jin dan manusia. Keduanya akan kami
letakkan di bawah kaki-kaki kami, supaya keduanya menjadi orang-orang yang
rendah.” (QS. Fushshilat: 29)
Para ahli tafsir
mengatakan bahwa dua makhluk itu adalah Iblis dari kalangan jin dan Qabil dari
kalangan manusia. Keduanya sebagai pendahulu dan yang semula-mula mengajak
masuk neraka.
Wafatnya Nabi Adam
‘Alaihissalam
Setelah tinggal di bumi
selama 960 tahun dan sudah mempunyai banyak keturunan, tibalah saat Nabi Adam
‘alaihissalam bertemu Allah Ta’ala. Ibnu Katsir berkata, “Para ahli sejarah
telah menceritakan bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam tidak meninggal sehingga ia
melihat keturunannya, dari anak, cucu, cicit terus ke bawah yang jumlahnya
mencapai 400 ribu jiwa, wallahu a’lam.” (Qoshosh Anbiya: 43)
Allah Ta’ala
menceritakan,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً
“Wahai manusia,
bertaqwalah kepada Rabb kalian, yang mana Dialah yang menciptakan kalian dari
jwia yang satu dan menciptakan dari jiwa itu istrinya dan daripada keduanya,
Allah memperkembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak…” (QS. An-Nisa: 1)
Konon Nabi Adam
‘alaihissalam jatuh sakit beberapa hari, hingga pada hari Jumat datanglah
malaikat untuk mencabut nyawanya dan bertakziah (mengungkapkan rasa
belasungkawa) kepada pemegang wasiatnya yakni Syits. Ubay bin Ka’ab berkata,
“Sesungguhnya ketika
akan datang saat wafatnya Nabi Adam berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai
anak-anakku, sesungguhnya aku menginginkan buah dari surga.’ Maka pergilah
anak-anak Nabi Adam untuk mencarikannya. Ketika dalam perjalanan mereka bertemu
dengan para malaikat yang membawa kain kafan, ramuan minyak wangi untuk mayat,
kapak, cangkul, dan keranda. Para malaikat itu berkata kepada anak-anak Nabi
Adam, ‘Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian kehendaki dan apa yang kalain
cari?’ Mereka menjawab, ‘Bapak kami sakit, ia menginginkan buah dari surga.’
Para malaikat berkata, ‘Kembalilah kalian! Sungguh sekarang ini telah datang
keputusan kematian bagi bapakmu.’ Maka datanglah para malaikat untuk mencabut
nyawa Nabi Adam. Dan ketika mereka datang, mengertilah Hawa akan keperluan para
malaikat itu, ia pun segera mendahului mereka untuk bertemu Nabi Adam agar Nabi
Adam minta ditangguhkan pencabutan nyawanya. Namun Nabi Adam menjawab,
‘Pergilah engkau dariku, sungguh aku diciptakan sebelummu. Biarkan nyawaku
dicabut oleh para malaikat Rabbku.’ Maka para malaikat itu mencabut nyawa Nabi
Adam lalu memandikannya, mengafaninya, mengolesinya ramuan minyak wangi, lalu
membuat galian kubur serta lahat. Selanjutnya mereka menyolatinya lalu
memasukkannya ke liat kubur dan menempatkannya di lahat. Kemudian mereka
menguruknya, lalu para malaikat itu berkata, ‘Wahai anak Adam, inilah tuntunan
bagi kalian pada orang mati di antara kalian’.” (HR. Thabrani, 8:158, Zawa idul
Musnad, 5:136, Ibnu Katsir dan Salim Al-Hilali berkata, “Hadits ini shahih.”)
Kuburan Nabi Adam
‘Alaihissalam dan Hawa
Ahli sejarah memperselisihkan
lokasi kuburan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa. Ada yang berkata bahwa
keduanya dikubur di gua Gunung Qubais dekat Masjidil Haram. Yang lainnya
mengatakan di Baitul Maqdis Palestina, karena pada saat banjir melanda seluruh
permukaan bumi, Nabi Nuh memindahkannya ke Baitul Maqdis, wallahu a’lam.
EmoticonEmoticon