Sesungguhnya keutamaan, kemuliaan dan
keagungan para pengikut adalah menunjukan keagungan orang yang diikutinya.
Seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah adalah pengikut al-Imâm Abu
al-Hasan al-Asy’ari, atau pengikut al-Imâm Abu Manshur
al-Maturidi. Dengan demikian tidak disangsikan lagi bahwa kedua Imam ini adalah
sebagai penegak tonggak dasar dari berkibarnya bendera Ahlssunnah, yang oleh
karenanya kedua Imam ini memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat agung.
Sebagaimana telah kita sebutkan di atas
bahwa Ahlussunnah adalah mayoritas umat Islam. Ini berarti dalam menuliskan
tokoh-tokoh Ahlussunnah akan meliputi berbagai sosok agung antar generasi ke
generasi dan dari masa ke masa. Melakukan “sensus” terhadap mereka tidak akan
cukup dengan hanya menuliskannya dalam satu jilid buku saja, bahkan dalam
puluhan jilid sekalipun. Sebagaimana anda lihat sekarang ini berapa banyak
karya-karya para ulama terdahulu yang ditulis dalam mengungkapkan biografi
ulama Ahlussunnah, termasuk dalam hal ini penulisan biografi yang ditulis
menurut komunitas tertentu sesuai disiplin mereka masing-masing, seperti
komunitas kaum sufi, komunitas ahli hadists, para ahli tafsir, atau lainnya.
Dapat kita pastikan bahwa kebanyakan ulama-ulama yang telah dituliskan
biografinya tersebut adalah para pengikut al-Imâm al-Asy’ari.
Di antara karya komprehensif dalam
menuliskan biografi ulama Ahlussunnah pengikut al-Imâm Abu
al-Hasan al-Asy’ari adalah kitab karya al-Imâm al-Hâfizh Abu
al-Qasim Ibn Asakir dengan judul Tabyîn Kadzib al-Muftarî Fîmâ Nusiba
Ilâ al-Imâm Abî al-Hasan al-Asy’ari. Kitab ini ditulis Ibn Asakir untuk
membela al-Imâm al-Asy’ari dari tuduhan-tuduhan dusta yang
dialamatkan kepadanya. Di dalamnya, selain biografi al-Imâm al-Asy’ari,
disebutkan pula beberapa tokoh Ahlussunnah yang benar-benar telah “pasang
badan” dalam mengibarkan madzhab al-Imâm Abu al-Hasan
al-Asy’ari ini.
Karya lainnya adalah tulisan al-Imâm Tajuddin
as-Subki; putra dari Qâdlî al-Qudlât al-Imâm al-MujtahidTaqiyuddin
as-Subki yang berjudul Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubrâ. Kitab ini
sangat besar, dalam belasan jilid, berisi penyebutan biografi para ulama
terkemuka di kalangan madzhab asy-Syafi’i. Dipastikan bahwa mayorits ulama yang
disebutkan dalam kitab ini adalah para pengikut al-Imâm al-Asy’ari.
Bahkan dalam bukunya ini al-Imâm Tajuddin membuat pasal khusus
dalam penyebutan tokoh-tokoh yang memiliki andil besar dalam penyebaran akidah
Ahlussunnah madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Berikut ini kita sebutkan beberapa nama
tokoh terkemuka yang memiliki andil besar dalam penyebaran akidah Asy’ariyyah.
Ulama kita di kalangan Ahlussunnah mengatakan bahwa menyebut nama orang-orang
saleh adalah sebab bagi turunnya segala rahmat dan karunia Allah; Bi
Dzikr ash-Shâlihîn Tatanazzal ar-Rahamât”. Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa al-Imâm Ahmad ibn Hanbal berkata tentang salah seorang
yang sangat saleh bernama Shafwan ibn Sulaim: “Dia (Shafwan ibn Sulaim) adalah
orang saleh yang bila disebut namanya maka hujan akan turun”. Karenanya, semoga
dengan penyebutan orang-orang saleh berikut ini, kita mendapatkan karunia dan
rahmat dari Allah. Amin.
A. Angkatan
Pertama
Angkatan yang semasa dengan al-Imâm Abu
al-Hasan sendiri, yaitu mereka yang belajar kepadanya dan mengambil
pendapat-pendapatnya, di antaranya: Abu al-Hasan al-Bahili, Abu Sahl
ash-Shu’luki (w 369 H), Abu Ishaq al-Isfirayini (w 418 H), Abu Bakar al-Qaffal
asy-Syasyi (w 365 H), Abu Zaid al-Marwazi (w 371 H), Abu Abdillah ibn Khafif
asy-Syirazi; seorang sufi terkemuka (w 371 H), Zahir ibn Ahmad as-Sarakhsi (w
389 H), Abu Bakr al-Jurjani al-Isma’ili (w 371 H), Abu Bakar al-Audani (w 385
H), Abu al-Hasan Abd al-Aziz ibn Muhammad yang dikenal dengan sebutan ad-Dumal,
Abu Ja’far as-Sulami an-Naqqasy (w 379 H), Abu Abdillah al-Ashbahani (w 381 H),
Abu Muhammad al-Qurasyi az-Zuhri (w 382 H), Abu Manshur ibn Hamsyad (w 388 H),
Abu al-Husain ibn Sam’un salah seorang sufi ternama (w 387 H), Abu Abd ar-Rahman
asy-Syuruthi al-Jurjani (w 389 H), Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad; Ibn Mujahid
ath-Tha’i, Bundar ibn al-Husain ibn Muhammad al-Muhallab yang lebih dikenal Abu
al-Husain ash-Shufi (w 353 H), dan Abu al-Hasan Ali ibn Mahdi
ath-Thabari.
B. Angkatan
Ke Dua
Diantara angkatan ke dua pasca
generasi al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari adalah; Abu Sa’ad ibn
Abi Bakr al-Isma’ili al-Jurjani (w 396 H), Abu Nashr ibn Abu Bakr Ahmad ibn
Ibrahim al-Isma’ili (w 405 H), Abu ath-Thayyib ibn Abi Sahl ash-Shu’luki, Abu
al-Hasan ibn Dawud al-Muqri ad-Darani, al-Qâdlî Abu Bakar
Muhammad al-Baqillani (w 403 H), Abu Bakar Ibn Furak (w 406 H), Abu Ali
ad-Daqqaq; seorang sufi terkemuka (w 405 H), Abu Abdillah al-Hakim
an-Naisaburi; penulis kitab al-Mustadrak ‘Alâ ash-Shahîhain, Abu
Sa’ad al-Kharqusyi, Abu Umar al-Basthami, Abu al-Qasim al-Bajali, Abu al-Hasan
ibn Masyadzah, Abu Thalib al-Muhtadi, Abu Ma’mar ibn Sa’ad al-Isma’ili, Abu
Hazim al-Abdawi al-A’raj, Abu Ali ibn Syadzan, al-Hâfizh Abu
Nu’aim al-Ashbahani penulis kitab Hilyah al-Auliyâ’ Fî Thabaqât
al-Ashfiyâ’ (w 430 H), Abu Hamid ibn Dilluyah, Abu al-Hasan al-Balyan
al-Maliki, Abu al-Fadl al-Mumsi al-Maliki, Abu al-Qasim Abdurrahman ibn Abd
al-Mu’min al-Makki al-Maliki, Abu Bakar al-Abhari, Abu Muhammad ibn Abi Yazid,
Abu Muhammad ibn at-Tabban, Abu Ishaq Ibrahim ibn Abdillah al-Qalanisi.
C. Angkatan Ke
Tiga
Diantaranya; Abu al-Hasan as-Sukari, Abu
Manshur al-Ayyubi an-Naisaburi, Abd al-Wahhab al-Maliki, Abu al-Hasan
an-Nu’aimi, Abu Thahir ibn Khurasyah, Abu Manshur Abd al-Qahir ibn Thahir
al-Baghadadi (w 429 H) penulis kitab al-Farq Bayn al-Firaq, Abu
Dzarr al-Harawi, Abu Bakar ibn al-Jarmi, Abu Muhammad Abdulah ibn Yusuf
al-Juwaini; ayah Imam al-Haramain (w 434 H), Abu al-Qasim ibn Abi Utsman
al-Hamadzani al-Baghdadi, Abu Ja’far as-Simnani al-Hanafi, Abu Hatim
al-Qazwini, Rasya’ ibn Nazhif al-Muqri, Abu Muhammad al-Ashbahani yang dikenal
dengan sebutan Ibn al-Labban, Sulaim ar-Razi, Abu Abdillah al-Khabbazi, Abu
al-Fadl ibn Amrus al-Maliki, Abu al-Qasim Abd al-Jabbar ibn Ali
al-Isfirayini, al-Hâfizh Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain
al-Bayhaqi; penulis Sunan al-Bayhaqi (w 458 H), dan Abu Iran
al-Fasi.
D. Angkatan Ke
Empat
Diantaranya; al-Hâfizh al-Khathib
al-Baghdadi (w 463 H), Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazan al-Qusyairi
penulis kitab ar-Risâlah al-Qusyairiyyah (w 465 H), Abu Ali
ibn Abi Huraisah al-Hamadzani, Abu al-Muzhaffar al-Isfirayini penulis
kitab at-Tabshîr Fî ad-Dîn Wa Tamyîz al-Firqah an-Nâjiyah Min al-Firaq
al-Hâlikîn (w 471 H), Abu Ishaq asy-Syirazi; penulis kitab at-Tanbîh Fî
al-Fiqh asy-Syâfi’i (w 476 H), Abu al-Ma’ali Abd al-Malik ibn Abdullah
al-Juwaini yang lebih dikenal dengan Imam al-Haramain (w 478 H), Abu Sa’id
al-Mutawalli (w 478 H), Nashr al-Maqdisi, Abu Abdillah ath-Thabari, Abu Ishaq
at-Tunusi al-Maliki, Abu al-Wafa’ Ali ibn Aqil al-Hanbali (w 513 H) pimpinan
ulama madzhab Hanbali di masanya, ad-Damighani al-Hanafi, dan Abu Bakar
an-Nashih al-Hanafi.
E. Angkatan
Ke Lima
Diantaranya; Abu al-Muzhaffar
al-Khawwafi, Ilkiya, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (w 505 H), Abu
al-Mu’ain Maimun ibn Muhammad an-Nasafi (w 508 H), asy-Syasyi, Abd ar-Rahim ibn
Abd al-Karim yang dikenal dengan Abu Nashr al-Qusyairi (w 514 H), Abu Sa’id
al-Mihani, Abu Abdillah ad-Dibaji, Abu al-Abbas ibn ar-Ruthabi, Abu Abdillah
al-Furawi, Abu Sa’id ibn Abi Shalih al-Mu’adz-dzin, Abu al-Hasan as-Sulami, Abu
Manshur ibn Masyadzah al-Ashbahani, Abu Hafsh Najmuddin Umar ibn Muhammad an-Nasafi
(w 538 H) penulis kitab al-‘Aqîdah an-Nasafiyyah, Abu al-Futuh
al-Isfirayini, Nashrullah al-Mishshishi, Abu al-Walid al-Baji, Abu Umar ibn Abd
al-Barr al-Hâfizh, Abu al-Hasan al-Qabisi, al-Hâfizh Abu
al-Qasim ibn Asakir (w 571 H), al-Hâfizh Abu al-Hasan
al-Muradi, al-Hâfizh Abu Sa’ad ibn as-Sam’ani, al-Hâfizh Abu
Thahir as-Silafi, al-Qâdlî ‘Iyadl ibn Muhammad al-Yahshubi (w
533 H), Abu al-Fath Muhammad ibn Abd al-Karim asy-Syahrastani (w 548 H) penulis
kitab al-Milal Wa an-Nihal, as-Sayyid Ahmad ar-Rifa’i
(w 578 H) perintis tarekat ar-Rifa’iyyah, as-Sulthân Shalahuddin
al-Ayyubi (w 589 H) yang telah memerdekakan Bait al-Maqdis dari bala tentara
Salib, al-Hâfizh Abd ar-Rahman ibn Ali yang lebih dikenal
dengan sebutan Ibn al-Jawzi (w 597 H).
F. Angkatan
Ke Enam
Diantaranya; Fakhruddin ar-Razi al-Mufassir (w
606 H), Saifuddin al-Amidi (w 631 H), Izuddin ibn Abd as-Salam Sulthân
al-‘Ulamâ’ (w 660 H), Amr ibn al-Hajib al-Maliki (w 646 H), Jamaluddin
Mahmud ibn Ahmad al-Hashiri (w 636 H) pempinan ulama madzhab Hanafi di masanya,
al-Khusrusyahi, Taqiyuddin ibn Daqiq al-Ied (w 702 H), Ala’uddin al-Baji, al-Hâfizh Taqiyyuddin
Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 756 H), Tajuddin Abu Nashr Abd
al-Wahhab ibn Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 771 H), Shadruddin ibn al-Murahhil,
Shadruddin Sulaiman ibn Abd al-Hakam al-Maliki, Syamsuddin al-Hariri
al-Khathib, Jamaluddin az-Zamlakani, Badruddin Muhammad ibn Ibrahim yang
dikenal dengan sebutan Ibn Jama’ah (w 733 H), Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi
penulis kitab Tafsir al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân atau lebih
dikenal dengan at-Tafsîr al-Qurthubi (w 671 H), Syihabuddin
Ahmad ibn Yahya al-Kilabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal (w
733 H), Syamsuddin as-Saruji al-Hanafi, Syamsuddin ibn al-Hariri al-Hanafi,
Adluddin al-Iji asy-Syiraji, al-Hâfizh Yahya ibn asy-Syaraf
an-Nawawi; penulis al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim ibn al-Hajjâj (w
676 H), al-Malik an-Nâshir Muhammad ibn Qalawun (w 741 H),al-Hâfizh Ahmad
ibn Yusuf yang dikenal dengan sebutan as-Samin al-Halabi (w 756 H), al-HâfizhShalahuddin
Abu Sa’id al-Ala-i (w 761 H), Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i seorang sufi
terkemuka (w 768 H), Mas’ud ibn Umar at-Taftazani (w 791 H).
G. Angkatan Ke
Tujuh
Diantaranya; al-Hâfizh Abu
Zur’ah Ahmad ibn Abd ar-Rahim al-Iraqi (w 826 H), Taqiyyuddin Abu Bakr
al-Hishni ibn Muhammad; penulis Kifâyah al-Akhyâr (w 829
H), Amîr al-Mu’minîn Fî al-Hadîts al-Hâfizh Ahmad
ibn Hajar al-Asqalani; penulis kitab Fath al-Bâri
Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 852 H), Muhammad ibn Muhammad
al-Hanafi yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Amir al-Hajj (w 879 H),
Badruddin Mahmud ibn Ahmad al-Aini; penulis ‘Umdah al-Qâri’ Bi
Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 855 H), Jalaluddin Muhammad ibn Ahmad
al-Mahalli (w 864 H), Burhanuddin Ibrahim ibn Umar al-Biqa’i; penulis kitab
tafsirNazhm ad-Durar (w 885 H), Abu Abdillah Muhammad ibn Yusuf
as-Sanusi; penulis al-‘Aqîdah as-Sanûsiyyah (w 895 H).
H. Angkatan ke Delapan
Al-Qâdlî Musthafa ibn
Muhammad al-Kastulli al-Hanafi (w 901 H), al-Hâfizh Muhammad
ibn Abd ar-Rahman as-Sakhawi (w 902 H), al-Hâfizh Jalaluddin
Abd ar-Rahman ibn Abu Bakr as-Suyuthi (w 911 H), Syihabuddin Abu al-Abbas Ahmad
ibn Muhammad al-Qasthallani; penulis Irsyâd as-Sâri Bi SyarhShahîh
al-Bukhâri (w 923 H), Zakariyya al-Anshari (w 926 H), al-Hâfizh Muhammad
ibn Ali yang lebih dikenal dengan sebutan al-Hâfizh Ibn Thulun
al-Hanafi (w 953 H).
I. Angkatan
Ke Sembilan Dan Seterusnya
Abd al-Wahhab asy-Sya’rani (w 973 H),
Syihabuddin Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan sebutan Ibn Hajar al-Haitami
(w 974 H), Mulla Ali al-Qari (w 1014 H), Burhanuddin Ibrahim ibn Ibrahim ibn
Hasan al-Laqqani; penulis Nazham Jawharah at-Tauhîd (w 1041
H), Ahmad ibn Muhammad al-Maqarri at-Tilimsani; penulis Nazham Idlâ’ah
ad-Dujunnah (w 1041 H), al-Muhaddits Muhammad ibn Ali
yang lebih dikenal dengan nama Ibn Allan ash-Shiddiqi (w 1057 H), Kamaluddin
al-Bayyadli al-Hanafi (w 1098 H), Muhammad ibn Abd al-Baqi az-Zurqani (w 1122
H), as-Sayyid Abdullah ibn Alawi al-Haddad al-Hadlrami
al-Husaini; penulis Râtib al-Haddâd (1132 H), Muhammad ibn Abd
al-Hadi as-Sindi; penulis kitab Syarh Sunan an-Nasâ-i (w
1138 H), Abd al-Ghani an-Nabulsi (w 1143 H), Abu al-Barakat Ahmad ibn Muhammad
ad-Dardir; penulis al-Kharîdah al-Bahiyyah (w 1201 H), al-Hâfizh
as-Sayyid Muhammad Murtadla az-Zabidi (w 1205 H), ad-Dusuqi;
penulis Hâsyiyah Umm al-Barâhîn (w 1230 H), Muhammad Amin ibn
Umar yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Abidin al-Hanafi (w 1252 H).
Nama-nama ulama terkemuka ini hanya
mereka yang hidup sampai sekitar abad 12 hijriyyah, dan itupun hanya
sebagiannya saja. Bila hendak kita sebutkan satu persatu, termasuk yang berada
di bawah tingkatan mereka dalam keilmuannya, maka sangat banyak sekali, tidak
terhitung jumlahnya, siapa pula yang sanggup menghitung jumlah bintang di
langit, membilang butiran pasir di pantai? kita akan membutuhkan lembaran
kertas yang sangat panjang.
EmoticonEmoticon