Setelah dalam hatinya memancar cahaya iman, ia pun mampu melihat bahwa dirinya terhijab (terhalang terdindingi) dari kekasihnya. Maka muncullah api penyesalan yang mendorongnya untuk melakukan perbaikan. Pengetahuan, penyesalan dan keinginannya untuk melakukan perbaikan dengan cara segera meninggalkan kemaksiatan yang masih dilakukannya dan di masa datang tidak akan mengulanginya kembali serta ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan, inilah yang biasa disebut dengan tobat, walaupun seringkah penyesalan itu sendiri telah disebut sebagai tobat. Ilmu (pengetahuannya) dianggap sebagai pendahulu dan pembuka, sedangkan tindakan meninggalkan maksiat yang sedang dilakukan itu sendiri merupakan hasilnya nanti, merupakan buah ilmu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut:
الندم توبة
Penyesalan itu adalah tobat. (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim)
Saudaraku yang hadir dalam majelis ini, engkau dianggap benar-benar hadir di sisi Allah adalah jika dalam hatimu muncul penyesalan yang sungguh-sungguh atas semua dosa yang engkau lakukan. Jika tidak, maka kehadiranmu bersama kami di tempat ini hanya membawa sedikit manfaat. Maka dengarkanlah, munculkanlah api penyesalan yang sungguh-sungguh dari dalam lubuk hatimu atas semua keburukan yang pernah kau lakukan, baik yang berhubungan dengan-Nya maupun dengan sesama manusia.
Dengan demikian, penyesalan itu sendiri telah mengandung dua hal, yaitu buahnya dan sekaligus yang menghasilkan buah itu sendiri. Yang menghasilkan buahnya adalah ilmu sedangkan buahnya adalah tindakan. Tindakan yang berhubungan dengan saat kini adalah ia akan segera meninggalkan perbuatan dosa tersebut, yang berhubungan dengan masa yang akan datang adalah ia tidak akan mengulanginya hingga akhir umur, sedangkan yang berhubungan dengan masa lalu adalah ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan. Karena itu ada yang mengatakan bahwa tobat adalah melelehnya isi perut (menjadi kurus) karena menyesali kesalahan yang dilakukan. Isi perutmu meleleh karena menyesali dosa-dosa yang pernah kau lakukan. Inilah tobat, bagaimana seseorang dapat disebut bertobat jika ia tidak memiliki penyesalan dan tidak merasakan kepedihan dalam hatinya. Seseorang harus bertobat kepada Allah atas tobat yang seperti ini. Sayidah Rabi’ah berkata, “Istighfar kita perlu diistighfari lagi. Dan tobat kita harus ditobali lagi.” Ada pula yang mengatakan bahwa tobat adalah api yang menyala-nyala dalam jiwa dan sesuatu yang pecah di dalam hati dan tidak berceceran. Ini sebagian dari arti tobat sebagai sebuah penyesalan yang dihasilkan oleh ilmu yang kemudian membuahkan tindakan tertentu.
Tobat dalam arti meninggalkan kemaksiatan yang sedang dilakukan merupakan buah terakhir dari tobat. Disebutkan bahwa tobat adalah menanggalkan pakaian jafa’ dan menghamparkan permadani wafa’ Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi rahimahullah berkata, “Tobat adalah menggantikan semua gerak-gerik yang tercela dengan yang terpuji dan hal ini hanya akan sempurna dengan berkhalwat (menyendiri), diam dan memakan makanan halal. Apa yang beliau utarakan ini merupakan hakikat tobat, bukan definisi tobat secara bahasa. Jika engkau telah mengetahui hakikat tobat, maka engkau tidak akan memusatkan perhatianmu pada definisi tobat secara bahasa. Sebuah definisi yang mampu menghimpun ketiga unsur tobat (ilmu, suasana hati (hal dan perbuatan) maka itulah tobat. Amalkan ketiga hal ini, sebab banyak orang yang menghabiskan usianya hanya untuk merenungkan definisi tobat secara bahasa, akan tetapi kosong dari hakikat tobat itu sendiri.
Sumber: Obat Hati Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz
dari: http://www.alhabibahmadnoveljindan.org
EmoticonEmoticon