Maqom muroqobah adalah merasa diri kita selalu diawasi dan dalam
pengawasan Allah SWT.
Dan yang demikian itu berdasarkan sabda Nabi SAW
bersabda :
(قال صلّى الله عليه وسلم: اُعبُد الله كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِن لَم تَكُن تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. (رواه أبو نعي
Beribadahlah kalian kepada
Allah SWT seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kalian tidak dapat
melihat-Nya, maka ketahuilah bahwasanya Allah SWT melihatmu. (H.R. Abu Nu’aim)
Ketika seseorang berada dalam maqom muroqobah, yaitu
selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap gerakan, diam, kerlipan mata
maupun nafasnya, lintasan maupun semua kehendaknya dan didalam semua keadaannya
dimana saat itu dia merasa bahwasanya Allah SWT sangat dekat dengannya, melihat
semua perilakunya serta mengawasinya dan tidak ada sesuatu apapun yang samar
oleh Allah terkait dengannya.
Sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
قال الله تعالى : وَمَا يَعزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثقَالِ ذَرَّةٍ فِى ٱلأَرضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَاءِ (يونس:41
Tidak luput dari pengetahuan
Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.(Q.S. Yunus:
41)
Dan dalam firman Allah SWT yang lainnya:
قال الله تعالى : وَإِن تَجهَر بِٱلقَولِ فَإِنَّهُ يَعلَمُ ٱلسِّرَّ وَأَخفَى (طه : 7
Dan jika kamu mengeraskan
ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi. (Q.S. Thoha: 7)
Dipastikan jika seseorang berada pada maqom muroqobah,
dia akan merasa malu untuk melakukan maksiat dan merasa malu untuk meninggalkan
ibadah yang diwajibkan kepadanya.
Sehingga maqom muroqobah ini menjadi solusi bagi mereka
yang ingin terhindar dari maksiat.
Dan sepantasnya bagi seorang mu’min untuk merasa dalam
pengawasan Allah SWT yaitu dalam maqom muroqobah. Karena sesungguhnya Allah SWT
bersama kita dimanapun kita berada, selalu mengetahui dan meliputi, serta
berkuasa dan selalu memberi petunjuk kepada kita berupa hidayah dan inayah
serta penjagaan.
Jika kita termasuk orang-orang yang baik, maka hendaknya
kita harus merasa malu kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya dan berusaha
untuk tidak tampak kepada-Nya dalam keadaan melanggar perintah-perintah-Nya
apalagi sampai melakukan larangan-Nya.
Dan beribadah kepada Allah SWT seakan-akan kita
melihat-Nya. Dan jika kita tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwasanya
Allah SWT selalu melihat kita dan melihat ibadah kita bahkan lintasan hati
kita.
Diantara faedah kita berada di maqom muroqobah adalah
tatkala kita mendapati diri dalam keadaan malas untuk melaksanakan sebuah
ibadah atau condong dalam melakukan sebuah kemaksiatan, maka kita dapat
mengingatkannya bahwasanya Allah SWT selalu mendengar dan melihat kita, selalu
mengetahui dengan rahasia maupun yang tampak pada diri kita.
Dan jika yang demikian itu tidak berfaedah atau tidak
menjerakannya daripada kemalasan dalam beribadah atau kecondongan dalam
maksiat, dipastikan orang yang semacam itu adalah orang yang terbatas
pengetahuannya dan sedikit sekali ilmu terkait dengan keagungan Allah.
Maka hendaknya dia mengingatkan kepada dirinya dengan
adanya dua malaikat yang selalu mencatat semua kebaikan maupun keburukannya dan
selalu mengingat firman Allah SWT berikut ini:
قال الله تعالى : إِذ يَتَلَقَّى ٱلمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱليَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ (١٧) مَّا يَلفِظُ مِن قَولٍ إِلَّا لَدَيهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (ق: 17- ١٨
(yaitu) ketika dua orang
malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang
lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qaf: 17-18)
Dan jika dengan merenungi dan menghayati serta
mencermati arti daripada ayat tersebut pun tidak menggugah hati serta menginsofkannya dari kelalaian dan masih saja malas beribadah dan
condong kepada keamaksiatan, maka ingatkanlah dengan dekatnya kematian dan
beritahukan kepadanya bahwasanya kematian adalah sesuatu yang tidak ada yang
paling dekat dengan kita, sesuatu yang tidak hadir dan yang akan hadir yang
paling dekat kepada kita.
Dan takutilah diri kita bahwasanya bisa jadi kematian
itu akan datang pada saat kita lalai kepada Allah SWT. Dan jika itu terjadi,
maka kita akan terjerumus dalam sebuah keadaan yang sangat merugikan baik di
dunia maupun di akhirat sehingga kita akan menyesalinya dengan penyesalan yang
tidak ada batas akhirnya.
Dan jika yang demikian itu juga tidak berfaedah, maka
ingatkanlah bahwasanya apa yang Allah SWT janjikan kepada orang-orang yang
melaksanakan ibadah kepadanya daripada ibadah yang dilaksanakannya akan berbuah
pahala yang besar, ridho Allah SWT selama-lamanya, serta syurga yang tiada
tara.
Dan sebaliknya, bagi mereka yang berbuat maksiat, maka
akan mendapatkan adzab-Nya serta murka-Nya dan kesengsaraan dalam adzab-Nya
yang sangat pedih.
Katakan kepada dirinya, “Wahai jiwaku… tidak ada setelah
kematian daripada hal yang diharapkan dan dapat dilakukan!” Katakan pula kepada
jiwanya, “Kinilah saatnya bekerja, inilah saat beramal, inilah saatnya untuk
mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya dan ridho-Nya dan menjauh sejauh-jauhnya
dari segala macam perbuatan dosa yang menyebabkan murka Allah
kepadanya.”Beritahukan kepada dirinya bahwasanya setelah meninggalkan dunia
ini, tidak ada rumah baginya kecuali salah satu daripada dua, yaitu syurga atau
neraka.
Maka katakan kepada dirinya, “Wahai jiwaku… jika engkau
ingin mendapatkan syurga, paksakan tubuhmu dan dirimu untuk melaksanakan ibadah
kepada-Nya.
Dengan begitu engkau akan mendapatkan keberuntungan
berupa ridho Allah SWT dan selama-lamanya berada dalam kenikmatan syurga yang
tiada tara serta mendapatkan kenikmatan memandang wajah Allah SWT yang
merupakan sebuah kenikmatan yang paling dinanti-nantikan oleh para penghuni
syurga.”
Dan sebaliknya, katakan juga kepada dirinya, “Jika
engkau selalu bermaksiat kepada-Nya, maka akhirnya engkau akan berada didalam
kenistaan, kehinaan dan kesengsaraan. Serta karenanya, engkau berhak
mendapatkan murka daripada Allah SWT dan diharomkan dari segala macam
kebaikan-Nya dan berhak mendapatkan keabadian di dalam neraka. Wal ‘iyadzu billah…”
sumber: alhabibsegafbaharun.com
---
EmoticonEmoticon