Kewajiban dan Keutamaan Bertobat bagian 5

Coba perhatikan bagaimana contoh perbandingan yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang hamba yang bertobat kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Rasulullah saw bersabda:
“Sungguh Allah lebih gembira terhadap tobat seorang hamba yang beriman daripada seorang lelaki yang singgah di suatu padang sahara yang tandus bersama seekor hewan tunggangannya yang membawa makanan dan minumannya.    Lelaki    itu kemudian merebahkan kepalanya lalu tertidur pulas di sana. Saat dia terjaga, ternyata hewan tunggangannya menghilang. Maka ia pun mencari-carinya hingga merasa sangat lapar dan haus, atau apa pun yang dikehendaki Allah. Ia berkata dalam hatinya, ‘Lebih baik aku kembali ke tempatku semula dan tidur di sana sampai  aku  mati.’     Lantas ia pun meletakkan kepalanya di atas lengannya sembari menanti kematiannya di situ. Namun, saat ia terjaga dari tidurnya, tiba-tiba ia mendapati hewan tunggangannya itu telah berada di sisinya lengkap dengan perbekalan dan minuman yang masih utuh di atasnya. Nah, Allah lebih bergembira terhadap tobat seorang hamba yang beriman, daripada kegembiraan lelaki itu terhadap hewan tunggangannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan teks Hadis sebagai berikut:
“Karena begitu gembira, saat akan bersyukur kepada Allah, lelaki itu berkata, ‘Duhai Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu.'”
Karena sangat gembira sampai-sampai lelaki itu salah bicara. Ketika seorang hamba sangat gembira, hingga salah pengucapannya, Allah tidak memperhitungkan dan tidak pula menegurnya. Allah menerima ucapannya dan memaafkannya. Sungguh Maha Agung Dia. Coba perhatikan, ketika seorang hamba yang begitu bahagia kemudian salah ucap hingga berkata, “Duhai Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu’, Allah pun memaafkannya. Padahal kebahagiaannya itu hanya karena dia menemukan kembali kendaraan beserta perbekalannya yang hilang. Lalu bagaimana kiranya terhadap seorang hamba yang merasa sangat bahagia karena Allah7, sehingga ia tidak lagi mengingat selain
AllAh. Karena itu, jika seorang hamba yang senantiasa berada di hadirat Allah, tenggelam dalam ingatan kepada-Nya, mengucapkan kalimat yang tampaknya salah, lebih baik engkau diam dan tidak mengomentarinya.
Seluruh umat sepakat bahwa tobat itu wajib hukumnya, sebab arti tobat adalah mengetahui bahwa dosa dan maksiat menyebabkan kehancuran dan mengakibatkan pelakunya jauh dari Allah Ta’ala. Apakah ada orang yang beralasan bahwa ia tidak mengetahui hal ini? Setiap Muslim dan Mukmin mengetahui bahwa dosa dan maksiat menyebabkan penyebab kehancuran dan mengakibatkan pelakunya jauh dari Allah Ta’ala. Setiap Muslim meyakini hal ini, hanya saja, ia lalai. Setiap Mukmin mengetahui bahwa bencana, musibah, keburukan, kehinaan, jauh dari Allah, kemurkaan, siksa, disebabkan oleh dosa. Semua bencana dan hijab adalah karena dosa. Seseorang menjadi jauh dari Allah, memperoleh musibah, dilaknat, dan masuk neraka adalah karena dosa yang ia lakukan. Akan tetapi manusia sering kali lalai. Seseorang disebut benar-benar mengetahui jika ia tidak lagi lalai. Inilah hakikat pengetahuan. Jika seseorang telah benar-benar mengetahui bahwa dosa akan menghancurkannya dan menjauhkannya dari Allah, maka ia tidak akan pernah mau terjerumus ke dalam dosa dan akan menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan. Penyesalan itu akan mendorongnya untuk segera meninggalkan dosa-dosa tersebut. Dan semua ini akan dilakukan oleh seorang yang berakal. Sebelum seseorang mengerti (berakal), maka ia akan memenuhi berbagai keinginan nafsunya dan melakukan hal-hal yang rendah, setelah akalnya berfungsi, barulah ia akan menentang ajakan buruk nafsu dan segala hal yang melalaikan.
Penyesalan itu sendiri merupakan tobat. la merupakan kepedihan dalam hati yang timbul setelah seseorang benar-benar menyadari bahwa dosa akan menjauhkannya dari Allah dan juga membinasakannya. Kesadaran semacam ini secara otomatis akan menimbulkan kepedihan di dalam hati.
Jika seseorang berkata, “Munculnya rasa pedih di hati merupakan sesuatu yang bersifat alami dan bukan merupakan sesuatu yang dapat diusahakan, lalu bagaimana engkau dapat menyatakan bahwa penyesalan itu diwajibkan?” Maka ketahuilah bahwa penyesalan itu timbul karena ia mengetahui bahwa yang dicintainya hilang, padahal ia memiliki kesempatan untuk memperoleh kecintaannya itu. Jadi, manusia dapat memperoleh rasa penyesalan tersebut dengan benar-benar menyadari bahwa dosa-dosanya akan menyebabkan ia kehilangan sesuatu yang dicintainya. Jika engkau telah benar-benar meyakini hal ini, maka dalam hatimu akan timbul rasa pedih untuk setiap dosa yang kamu lakukan.
Sumber: Obat Hati 1 Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz
dari: http://www.alhabibahmadnoveljindan.org


EmoticonEmoticon