MENGENDALIKAN DIRI

MENGENDALIKAN DIRI

KH ABDULLAH GYMNASTIAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ


Tidak ada kemuliaan bagi orang yang memperturutkan hawa nafsu. Kemuliaan hanya bagi orang-orang yang mau mengendalikan diri dan memelihara kesucian diri dengan gigih.
Dalam sebuah peperangan, Imam Ali ra berhasil menjungkalkan lawan tandingnya. Ketika akan ditusuk, meludahlah musuh itu tepat mengenai wajahnya sehingga Imam Ali tidak jadi membunuhnya. "Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuhku?" Imam Ali menjawab, "Aku khawatir membunuhmu bukan karena Allah, tetapi karena ludah".
Apa yang ditunjukkan Imam Ali dalam petikan kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa pengendalian diri harus selalu kita perhatikan dalam berbagai situasi, tempat, dan waktu. Pengendalian diri merupakan sesuatu yang sangat penting untuk selalu kita perhatikan, bahkan ia tergolong jihad an-nafs yang betul-betul harus menjadi prioritas.
Biasanya kita lebih sibuk dengan musuh-musuh lahir tanpa punya kesibukan untuk mengendalikan diri sendiri. Padahal musuh lahir hanya sekadar bonus dari Allah, trigger, atau alat supaya kita dapat kesempatan berjihad di jalan-Nya. Dan kunci dari pengendalian diri ini adalah pengendalian hawa nafsu.
Jika kita umpamakan nafsu itu kuda dan setan sebagai pelatihnya, maka jika kuda itu nurut kepada kita dan bukan pada setan, maka insya Allah kita bisa lebih cepat mencapai tujuan dan bisa menghemat energi. Tapi sebaliknya, kalau kuda (nafsu) itu tidak dikendalikan, maka kita akan seperti rodeo, terombang-ambing, lalu terpelanting.
Salah satu tabiat nafsu adalah tidak seimbangnya antara kesenangan yang didapat dengan akibat serta risiko yang harus dipikul. Misalnya, ketika kita memakan makanan haram. Memang enak terasa, tapi enaknya tidak akan lama, hanya ketika ada di mulut saja. Bandingkan dengan mudharat yang harus kita pikul karena makanan tersebut. Begitu pula dengan pandangan yang tidak terjaga. Melihatnya hanya beberapa saat, tapi bayangannya sulit dilupakan, bahkan shalat pun menjadi tidak khusyuk.
Karenanya, kita jangan menganggap remeh pengendalian diri, karena bisa menghancurkan nama baik dan karir kita. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa perang melawan diri (nafsu) lebih berat dari Perang Badar yang merupakan perang terberat yang dihadapi Rasulullah SAW.
Ada banyak segi yang harus selalu kita kendalikan dari diri kita, seperti panca indra, perut, syahwat, ataupun perasaan. Andai kita memandang, tahanlah sekuat mungkin dari sesuatu yang diharamkan. Segera berpaling karena Allah SWT melihat yang kita lakukan. Ketika mau menonton TV bertanyalah, "Haruskah saya nonton acara ini?" Apa ini berpahala?" Kalau tidak, matikanlah segeta TV tersebut. Untuk lebih menjaga pandangan ada baiknya di samping tempat tidur kita sediakan Alquran agar mudah dibaca. Atau siapkan buku bacaan di sekitar tempat kita beraktivitas agar kita selalu terkondisi untuk melakukan hal-hal yang positif.
Mengendalikan nafsu yang berkaitan dengan perut juga tidak kalah penting. Bertanyalah selalu sebelum menyantap makanan. "Apakah saya harus membeli makanan semahal ini? Apakah saya harus makan sebanyak ini? Apakah yang saya makan ini terjamin kehalalannya? Mana yang lebih baik, saya makan makanan sederhana dengan kalori yang sama dan sisa uangnya disedekahkan untuk makan orang lain?". Kalau kita terus bertanya maka nikmat makan akan pindah; bukan dari nikmat rasa lagi tapi nikmat syukur.
Begitu pula ketika hendak berbelanja, membeli aksesoris dunia. Proses bertanya harus selalu dilakukan sebagai alat mengendalikan keinginan dan nafsu. Luruskan niat terlebih dahulu. Jangan sekadar pengen, karena nafsu itu biasanya tidak pakai perhitungan. Termasuk yang sedang jatuh cinta. Tanyalah selalu, "Apakah saya harus mencintainya?
Sudah siapkan aku menikah dengannya? Haruskah hari-hariku tersita karena memikirkan dia? Apakah cinta ini harus kupelihara? Apa sih untungnya?.
Dengan terus bertanya kepada hati, insya Allah kita akan memiliki pengendalian diri yang baik. Apalagi yang kita miliki jika kita tidak bisa mengendalikan diri dan terus ditipu serta diperbudak hawa nafsu. Apalagi yang berharga pada diri kita?

Yakinlah bahwa tidak ada kemuliaan bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu yang tidak di jalan Allah SWT. Kemuliaan hanya bagi orang-orang yang mau mengendalikan diri dan mau memelihara kesucian diri dengan gigih. Wallahu a'lam bish-shawab.
MASIHKAH KITA MULIAKAN ORANG TUA KITA

MASIHKAH KITA MULIAKAN ORANG TUA KITA

KH ABDULLAH GYMNASTYAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua, ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman: 14)
Mahasuci Allah Dzat yang tak pernah bosan mengurus semua hamba-Nya. Yang telah menjadikan amalan memuliakan orang tua (birul walidain) sebagai amalan yang amat dicintai-Nya. Demi Allah, siapa pun yang selalu berusaha untuk memuliakan kedua orang tuanya, niscaya akan Ia angkat derajatnya ke tempat paling tinggi di dunia maupun di akhirat.
Alangkah tepat andai firman Allah tersebut kita baca berulang-ulang dan kita renungkan dalam-dalam. Sehingga Allah berkenan mengaruniakan cahaya hidayahnya kepada kita, mengaruniakan kesanggupan untuk mengoreksi diri dan mengaruniakan kesadaran untuk bertanya: "Telah seberapa besarkah kita memuliakan ibu bapak?". Boleh jadi kita sekarang mulai mengabaikan orang tua kita. Bisa saja saat ini mereka tengah memeras keringat banting tulang mencari uang agar studi kita sukses. Sementara kita sendiri mulai malas belajar dan tidak pernah menyesal ketika mendapatkan nilai yang pas-pasan. Bahkan, dalam shalat lima waktunya atau tahajudnya mereka tak pernah lupa menyisipkan doa bagi kebaikan kita anak-anaknya.
Tetapi, berapa kalikah dalam sehari semalam kita mendoakannya? Shalat saja kita sering telat dan tidak khusyuk. Ada seorang perwira tinggi yang sukses dalam karirnya, ternyata memiliki jawaban yang "sederhana" ketika ditanya seseorang, "Waktu kecil apakah Bapak pernah bercita-cita ingin jadi seorang jenderal?" Pertanyaan itu dijawabnya dengan tegas; "Saya tidak pernah bercita-cita seperti itu, kalau pun ada yang saya dambakan ketika itu, bahkan hingga sekarang, saya hanya ingin membahagiakan kedua orang tua saya!" Betapa dengan keinginan yang sepintas tampak sederhana, ia memiliki energi yang luar biasa, sehingga mampu menempuh jenjang demi jenjang pendidikan dengan prestasi gemilang.

Bahkan ketika mulai masuk dinas ketentaraannya, ia mampu meraih jenjang demi jenjang dengan gemilang pula, hingga sampai pada pangkat yang disandangnya sekarang. Subhanallah. Karena itu, kita jangan sampai mengabaikan amalan yang sangat disukai Allah ini. Rasulullah SAW menempatkan ibu "tiga tingkat" di atas bapak dalam hal bakti kita pada keduanya. Betapa tidak, sekiranya saja kita menghitung penderitaan dan pengorbanan mereka untuk kita, sungguh tidak akan terhitung dan tertanggungkan. Seorang ulama mengatakan, "Walau kulit kita dikupas hingga telepas dari tubuh tidak akan pernah bisa menandingi pengorbanan mereka kepada kita."
Berbulan-bulan kita bebani perut ibu, hingga ketika ia miring dan bergerak jadi sulit, karena rasa sakit menahan beban kita di dalam perutnya. Berjalan berat, duduk pun tak enak, tapi ia tak pernah kecewa. Sebaliknya, ia selalu tersenyum. Begitu pun ketika melahirkan, ibu kita benar-benar dalam keadaan hidup mati. Darah berhamburan, keringat bercucuran. Sakit tiada terperi. Namun, ia ikhlas! Manakala melihat kita si jabang bayi, hilanglah semua penderitaan. Senyum pun tersungging, walau tubuh lunglai tatkala mendengar tangisan kita, yang kelak banyak menyusahkannya. Ingatkah kita ketika masih bayi? Kepalanya kita kencingi. Badannya kita beraki. Sedang tidur pun kita bangunkan. Kita suruh ia mencuci popok hampir setiap waktu.
Tiba waktu sekolah, orang tua kita harus peras keringat banting tulang, bahkan mau bertebal muka, ngutang ke sana ke sini. Semuanya dilakukan agar anak-anaknya bisa sekolah, bisa berpakaian seragam yang pantas. "Rutinitas" itu berlangsung bertahun-tahun, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kita kuliah. Bahkan, setelah menikah pun tetap saja kita menyusahkan dan membebani mereka dengan aneka masalah. Benar-benar tak tahu malu, kita menengadahkan tangan pada kedua orang tua sekian tahun lamanya. Semua contoh di atas seharusnya menyebabkan kita bisa mengukur diri, apa yang bisa kita lakukan untuk keduanya selama ini? Betapa sering kita mengiris-iris hatinya. Mulai dari tingkah-laku kita yang jauh dari kesopanan, ucapan yang terkadang menyakitkan, hingga perlakuan kita yang sering merendahkan.
Yang lebih kurang ajar lagi, kita sering memperlakukan mereka sebagai pembantu. Bahkan ada di antara kita yang malu mempunyai orang tua yang lugu dan sederhana. Tentu kita terlahir ke dunia tidak untuk berlaku rendah seperti itu. Allah dan Rasul-Nya tidak akan pernah ridha melihat kelakuan tersebut. Dari sinilah kita harus berusaha menjaga hubungan baik dengan mereka, karena di sana terbuka pintu surga. Ridha orang tua adalah ridha Allah SWT. Betapapun ada satu dua perlakukan orang tua kita yang kurang berkenan di hati, tapi ingatlah bahwa darah dagingnya mengalir dan melekat di diri kita? Makanan yang sehari-hari kita makan pun adalah buah dari tetesan keringatnya.
Alangkah lebih baik apabila kita bersabar dan teruslah panjatkan doa. Karena itu, jangan tunda waktu untuk membahagiakan mereka. Mohonkanlah maafnya atas segala kesalahan dan kelalaian kita selama ini. Karena siapa tahu Allah akan segera menakdirkan perpisahan antara kita dengan mereka untuk selama-lamanya. Kalau keduanya sudah berada di dalam kubur, bagaimana kita bisa mencium tangannya. Kita tidak bisa mempersembahkan bakti apapun kalau mereka sudah terbujur kaku. Jangan enggan untuk menjaga, membela, membahagiakan, memuliakan, menghormati, dan berbuat yang terbaik terhadap keduanya. Jangan lupa untuk selalu mendoakan keduanya agar mendapatkan khusnul khatimah.
Mudah-mudahan perjuangan kita yang ikhlas dalam memuliakan keduanya membuat Allah ridha, sehingga Ia berkenan mengangkat derajat mereka berdua dan kita pun menjadi hamba yang berada dalam naungan cahaya ridha-Nya. Wallahu a'lam bish-shawab.
TEMUKAN PENYEBABNYA TEMUKAN JAWABANYA 4

TEMUKAN PENYEBABNYA TEMUKAN JAWABANYA 4

BISMILLAHIROHMANIRROHIIM

Setelah sebelumnya kita ulas sedikit tentang 2 point pertama penyebab masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita ( menyekutukan Allah, menyusahkan orang lain ), sekarang kita masuk pada Point ke 3 tentang hal yang biasa menjadi penyebab masalah dalam hidup kita:

“ apakah kita suka menyusahkan orang tua kita??”

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. LUQMAN: 14)

Kita semua sudah hafal dengan kata kata ridha Allah tergantung pada ridho orang tua. Tapi apakah kita sudah menghayati hal tersebut dengan benar?? Banyak hal dan kejadian kesusahan dan masalah yang di alami oleh manusia yang muaranya adalah rasa sakit orang tua pada perilaku anak anaknya. Sehingga kita perlu khawatir kalau kalau orang tua kita tidak sebahagia yang kita bayangkan atau kita sangka.

Kita perlu mengoreksi diri kita apa saja yang sudah kita berikan pada orang tua kita selama ini. Apakah kita berikan tangis bahagia? Atau tangis kecewa? Atau rasa kesepian karena kita tidak pernah mengunjunginya?? Tidak pernah mengajak anak kita untuk mengunjunginya??

Atau pernahkah kita membuat orang tua kita kecewa?? Kita jual harta benda miliknya tanpa ijin dan ridhonya?? Ini adalah sumber masalah di kehidupan kita cepat atau lambat.

Tauakah kita tidak lagi merasa perlu denganya? Tak pernah kita minta doanya? Jauh jauh kita cari doa dari orang lain tetapi kita lupakan doa dari orang tua? Sungguh bila orang tua kita dengan tulus dan ridho mendoakan kita, tak ada lain kecuali qobul dari Allah SWT. Tapi kapan kita minta doa padanya? Tiap akan memulai usaha? Tiap ada masalah? Atau ketika tak ada jalan keluar dari masalah ? atau tak pernah?

Dulu orang tua kita berjuang untuk menghidupi kita, mementingkan kita hingga kita bisa hidup seperti sekarng, tapi apa yang beri kepada mereka? Dan apa pula yang kita beri untuk pasangan kita? Sudahkah adil??
Orang tua kita bertarung hidup dan mati mandi keringat, hilangakan capek dan malu untuk menghidupi kita, sudahkah kita berterimakasih kepadanya??

Kita mungkin ingin mempunyai orang tua yang menurut kita ideal tapi tahukah kita bahwa orang tua kita adalah yang terbaik buar kita. Mereka pemberi kasih sayang yang tak ada bandinganya.

Marilah kita perbaiki hubungan kita dengan orang tua, minta maaf dan ridhonya baik yang masih hidup ataupun tiada. Saya pun mohon doa semoga saya menjadi anak yang berbakti pada orang tua, demikian pula anak dan keturunan saya.

Berikutnya akan kita bahas tentang sumber masalah berikutnya, yakni berzina. Semoga Allah memberi kekuatan pada kita semua. Tingkatkan amal sholeh kita, stop dosa kita. Sholat 5 waktu tepat pada waktunya, tambahkan dhuha dan tahajud dan banyaklah bersholawat. Semoga Allah segera Angkat kesulitan kita dan segera kabulkan hajad kita. Amin.
TEMUKAN PENYEBABNYA TEMUKAN JAWABANYA 3

TEMUKAN PENYEBABNYA TEMUKAN JAWABANYA 3

BISMILLAHIROHMANIRROHIIM

Setelah poin pertama “ apakah kita termasuk orang yang mempersekutukan Allah??” pada tulisan yang lalu. Kita masuk pada point ke 2:

“Apakah kita termasuk orang yang suka menyusahkan orang lain?”

Renungan selanjutnya adalah apakah kita sering menjadi orang yang menyusahkan orang lain? Sebab ternyata hampir semua kesusahan yang kita alami adalah akibat dari perbutan yang kita lakukan sendiri. Hanya saja kita tidak pandai dalam mengoreksi diri sendiri. Kita hanya pandai dalam mencari dan mengoreksi kesalahan orang lain. Salah satu peyebab kesusahan kita adalah mungkin karena kita suka menyusahkan orang lain.

Saudaraku, saat kita menyusahkan orang lain. Boleh jadi orang tersebut tidak membalas. Tapi Allah maha adil. Seberapa pun kecilnya amal perbuatan kita, kita akan memperoleh balasan. Jika kita pernah ditipu, mungkin kita pernah menipu. Jika kita di hina, mungkin kita pernah menghina. Bagitulan mungkin ilustrasinya.

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
 (Qs al Zalzalah:6-8)

Maka jika kita pernah membuat orang lain sakit karena ulah kita, maka hendaklah kita meminta maaf padanya dan bartaubat untuk tidak lagi menyakiti orang lain. Lantas bagaiman jika kita sudah tidak dapat meminta maaf pada orang yang kita sakiti?? Maka kita harus menghentikan tindakan kita menyakiti orang lain dan memperbanyak amalan baik untuk menutup dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Sehingga ketika perhitungan amal kita kelak, amal kita tidak habis untuk menutup dosa kita pada orang lain. Karena telah dijaskan bahwasanya kelak di hari pembalasan, oarng yang berbuat aniaya pada orang lain, maka amal baiknya akan di ambil untuk orang yang disakitinya. Bila ia sudah tidak punya amal kebaikan, maka dosa orang yang disakitinya, akan di limpahkan kepada orang yang menyakiti.

Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS.Al qoriah: 6-9)
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami. (QS.Al a’raaf: 8-9)

Buatlah sebanyak-banyaknya kebaikan. Kita tidak tahu sebesar apa keburukan yang sudah kita lakukan. Dan ikutilah tiap keburukan dengan berbuat baik. Semoga kebaikan yang kita lakukan tersebut mampu menghapus keburukan yang pernah kita lakukan.

Dan ingatlah jika kita mendholimi orang lain sesungguhnya kita mandholimi diri sendiri. Jika kita menipu orang lain kita sedang meminta agar kita kelak ditipu.


Berikutnya akan kita bahas tentang 8 hal yang lainya ( bermasalah dengan orang tua, berzina, sholat tidak berkualitas, kufur nikmat, rizki haram, tidak pernah berbagi, minuman keras, judi ) pada edisi selanjutnya.......................

NASEHAT ULAMA

More »

RUMAH TANGGA

More »

WANITA DAN ANAK

More »

KISAH ULAMA

More »

HUKUM

More »

AMALAN

More »