Nasehat Al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Hafidz

Nasehat Al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Hafidz

Diantara Nasihat dan kalam beliau

Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi [di sisi Allah], orang-orang yang cahayanya berkilauan.

Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah) bersabda, “Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.”

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat beliau saw. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang beliau saw.
Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan beliau saw. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau saw, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya.

Merekalah pemegang sir setelah nabi.
Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.

Mereka itu seperti Sayyidina Abdullah Al-Haddad yang telah disifatkan oleh Sayidina Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qashidahnya :
“Karena dia sejuklah mata hati Nabi Muhammad.
Bagi beliau ia adalah sebaik-baik keturunannya,
panutan para pengikut, ka’bah orang yang meniti jalan,
dan kebanggaan penduduk desanya.
Nasihat-nasihatnya menebarkan pengetahuan.
Menghinakan si sesat dan si pembuat kerusakan.
Kasih sayangnya meliputi semua umat.
Darinya mereka mengambil manfaat
dengan sebaik-baik pengambilan manfaat.”

“Dialah cucu yang bersambung nasabnya dengan
orang-orang mulia yang kemuliaan mereka
dikenal para pejuang dan pemberani.
Dialah penyalur asrar dan ilmu mereka
kepada keluarga dan anak keturunannya.
Maka semua yang bersuluk setelahnya
bersinar dengan cahaya beliau yang benderang.”

Cahaya ini tak akan padam. Mengapa? Sebab Allah-lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya! Tak ada sebab lain.
Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah
dinyalakan oleh Allah SWT?   Demi Allah, cahaya itu tak akan padam!

Tetapi, betapa menyedihkan, di antara kita terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu, yaitu orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan mereka. Mereka masuk ke dalam kelompok lain. Habib Ali berkata:
“Siapa tak menempuh jalan leluhurnya
pasti akan bingung dan sesat.
Wahai anak-cucu nabi, tempuhlah jalan mereka.
tapak demi tapak
dan jauhilah segala bid’ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah dibanding kaum arifin? Dibanding para imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasul SAW dibanding mereka?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang di antara kalian. Bersiaplah menolong jalan mereka.
Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia, timur maupun barat, Arab maupun Ajam, Amerika, Eropa maupun Rusia.

Di sana bendera keluarga Sayyidina Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir akan berkibar, bendera ahli thoriqoh ini. Mereka memiliki para penolong yang berkedudukan tinggi. Namun mereka yang tidur, nyenyak dalam tidurnya; yang duduk berpangku tangan, terus duduk saja. Cukup sudah orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah dengan sidq. Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah kalian.
Bagaimana kalian ini?! Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka,
namun di rumah kalian tiap hari yang terdengar hanya berita mengenai orang-orang kafir, orang-orang fasik dan para bintang film?! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!

Namun saat ini sinetron, wanita-wanita fasik dan kafirlah yang mendidik anak-anak kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV sehingga mereka tak kenal lagi Fatimah Zahra, bagaimana beliau, bagaimana pakaiannya, bagaimana kezuhudannya, bagaimana ibadahnya. Mereka tidak lagi mengenal putri-putri nabi: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu istri-istri nabi: Khodijah binti Khuwailid, Aisyah As-Shiddiqah, dll.

Kalian meniru orang-orang durhaka padahal kalian muslim, mukmin, memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Kalian mengganti teladan yang telah diridhoi Allah untuk kalian:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik. (QS Al-Ahzab, 33:21)

Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?

Wahai saudaraku, dalam buku catatan amal tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas, siapakah yang akan menghapusnya? Bertobatlah kepada Allah.

Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (QS Asy-Syuura, 42:25)

5 NASEHAT AGUNG MAULANA HABIB LUTHFI BIN YAHYA YANG WAJIB KITA JALANKAN


5 Nesehat agung dari guru mursyid mulia Al Alamah Al Arif Billah Maulana Al Habib Luthfi Bin Yahya untuk kita. Memang hanya 5 namun 5 hal yang sangat mulia dan sangat penting buat kita.

Baca, nikmati, hayati, dan mari amalkan bersama,

1. Pegang teguh teladan salaf shalihin

Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin.

Gigit kuat dengan gerahammu (berpegang teguh an istiqomah), jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya.

2. Jadikanlah keimanan sebagai Imam

Bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya.

Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal & logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya.

Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran Allah SWT.

3. Ziarah shalihin
Baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang. Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan.

Tetapi alangkah baiknya kita berziarah sholihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar (rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya.

Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala’, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah.

4. Jangan suka membeda-bedakan

Ini penyakit yang timbul dan tumbuh di akhir jaman ini. Jangan beda-bedakan itu suku apa, kabilah apa, bangsa apa, partainya apa, thariqah-nya apa, madzhab-nya apa dan sebagainya.

Itu urusan Allah SWT, kita ini manusia, hamba-Nya, makhluk ciptaan-Nya, jangan suka usil ikut campur urusannya Allah SWT. Makanya sekarang berbagai macam bala’, musibah bertubi-tubi datang. Karena ulah manusia itu sendiri. Yang suka sok tahu, sok jago, sok suci, sok pintar bukan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, malah ikut campur urusan Allah SWT.

Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana lagi Maha Berkehendak, Allah SWT yang akan menghukumi, menentukan secara mutlak kelak di pengadilan Ilahi Yang Maha Adil bagi seluruh makhluk-Nya. Segala sesuatu misal pengadilan itu semua adalah bentuk ikhtiar manusia belaka di muka bumi ini secara syariat.

Ketentuan yang mutlak benar dan salah adalah di tangan Allah SWT di hari kemudian. Keyakinan dan keimanan ini harus ditanam kuat dan kokoh dilubuk sanubari keimanan kita.



“Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang.”

5. Jangan tinggal tiap hari membaca Al-Qur’an, shalawat kepada Rasulullah SAW, taat kepada guru/syaikh/mursyid dan birul walidain (berbakti kepada orang tua)

Jadikan hal ini semua awrad-mu. Jangan tinggal hal tersebut. Membaca Al-Qur’an walau satu ayat setiap harinya. Memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi SAW jadikan hal ini semua awrad (wirid yang dilakukan istiqomah) bagi diri kita demi menggapai kebahagian dan keselamatan di dalam agama, dunia dan akhirat.

Cukup sudah lima hal ini kamu pegang erat-erat, Insya Allah, Taufik Hidayah dan Inayah Allah SWT melimpah dan turun kepadamu.

Baca Juga:
            Nasehat Syech Ahmad Shohibul Wafa Qs (Abah Anom)
            Nasehat KH Bisri Mustofa

Hanya 5, namun demikian agungnya nasihat ini. Semoga kita bisa mengamalkan dan mendapat keberkahan dari beliau. Amin



Nasehat Habib Abdullah Al - Aydrus Akbar

Nasehat Habib Abdullah Al - Aydrus Akbar

• Peraslah jasadmu dengan mujahadah ( memerangi hawa nafsu dunia ) sehingga keluar minyak kemurnian.

• Barangsiapa yang menginginkan keridhaan Allah, hendaklah mendekatkan diri kepada Allah swt, karena keajaiban dan kelembutan Allah terdapat pada akhir malam.
 
• Siapapun dengan penuh kesungguhan hati mendekatkan diri kepada Allah swt, maka terbukalah Khazanah Allah swt.
 
• Diantara waktu yang bernilai tinggi, merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi, diantara zuhur dan ‘Asar, Magrib dan Isya dan tengah malam terakhir sampai Ba’da Subuh.
 
• Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai.
 
• Keridhoan Allah swt dan Rasulnya terletak pada muthalaah( mempelajari dan memperdalam ) Al qur’an dan hadits serta kitab-kitab agama islam.
 
• Meninggalkan dan menjauhi Ghibah adalah Raja atas dirinya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah Ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis dzikir adalah keterbukaan hatinya.
 
• Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara ( tidak berbicara yang jelek didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaannya terkandung banyak rahasia.)
 
• Jangan kau abaikan sedekah pada setiap hari sekalipun sekecil atom; perbanyaklah baca Al qur ‘an setiap siang dan malam hari.
 
• Ciri-ciri orang yang bahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya, banyak ilmu dan amal serta baik perangi maupun tingkah lakunya.
 
• Orang yang berakal adalah yang diam (tidak bicara sembarangan)
 
• Orang yang takut pada Allah swt adalah orang yang banyak sedih (merasa bersalah)
 
• Orang yang Roja’ ( mengharap Ridho Allah ) adalah orang yang banyak melakukan ibadah

• Orang yang mulia adalah yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dan ridho Allah swt yang didambakan hidupnya.

• Orang yang bertaubat adalah yang menyesali perbuatannya, menjauhi pendengaran yang tidak bermanfaat, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Nasehat Sayyidina Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran

Nasehat Sayyidina Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran

"Barangsiapa memiliki hubungan dengan orang-orang yang telah meninggal dunia dengan terbiasa menghadiahkan pahala membaca Al-Qur'an, dzikir, doa', sedekah dan ibadah lainnya, maka kelak di kubur dia tidak akan merasa kesepian. Bahkan setelah meninggal dunia dia akan merasa senang. Dia seperti orang yang berkunjung ke rumah teman yang pandai menghibur dan selalu memuliakannya.
Jika engkau sering mengirim surat dan hadiah kepada orang yang tinggal di Negara lain serta menjamunya saat dia datang mengunjungimu, maka bagaimana kiranya ketika engkau mengunjungi negaranya? Tentu dia akan berbuat baik kepadamu, menghiburmu dan memuliakanmu. Engkau tidak akan merasa kesepian."

"Saudaraku! Jangan tinggalkan satu pun sunah dan adab yang terdapat dalam syariat, tanpa udzur ( alas an ) yang benar. Sebab , Abdullah bin Mubarak Ra berkata :
barangsiapa meremehkan adab, akibatnya dia akan meninggalkan sunah. Dan barangsiapa meremehkan sunah, akibatnya dia akan meninggalkan yang wajib. Dan barangsiapa meremehkan yang wajib, akibatnya dia tidak akan memperoleh makrifat."
Rasulullah saw bersabda :
المعاصي بريد الكفر
Maksiat merupakan utusan ( kurir ) kekufuran.

Memandang remeh hal-hal yang makruh akan mendorong seseorang untuk berbuat yang haram dan meremehkan yang haram akan mendorong seseorang untuk kufur. Oleh karena itu, wahai saudaraku, dengan berlandaskan sunah dan hukum-hukum stariat, biasakan dirimu untuk menentang dan tidak mengikuti keinginan nafsu. Curahkanlah semua tenagamu untuk berjuang mendapatkan keridhaan Allah swt dan kesuksesan di hari esok."
Nasehat Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Nasehat Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

“Camkanlah, jangan sampai kalian tidak mempelajari ilmu bahasa, Nahwu dan shorof. Karena ilmu bahasa merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu.”

"Wahai saudaraku, berprasangka baiklah kepada Allah swt, wujudkanlah kebenaran janji-Nya, dan rasakanlah kebesaran rahmat-Nya. Cukuplah bagi kita firman Allah swt, seperti disabdakan Rasulullah saw, “Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku sesukamu.”

"Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”

"Jika tak ada ketamakan, dan tak ada satu mahluk pun keluar dari lingkaran jejak nabi saw, tidak akan ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari kebahagiaan akhirat yang kekal.”

"Tak ada derajat yang lebih tinggi daripada prasangka baik. Karena di dalam prasangka baik terdapat keselamatan dan keberuntungan. Didalam keluasan rahmat Allah swt sirnalah amalmu seperti amal setiap mahluk. Di dalam rahasia Allah swt swt, yang dititipkan pada mahluk-Nya, terdapat sesuatu yang mengharuskan untuk berkeyakinan bahwa semua mahluk adalah Aulia."

"Keteguhan yang sempurna berbeda-beda. Keteguhan dalam perkataan berbeda dengan keteguhan dalam perbuatan. Keteguhan perbuatan berbeda dengan keteguhan dalam beramal. Keteguhan dalam beramal berbeda dengan keteguhan dalam mencari. Keteguhan dalam mencari berbeda dengan keteguhan dalam apa yang dicari. Sedangkan hakikatnya, secara utuh dan merupakan kedudukan yang terakhir, adalah tidak memalingkan pandangan dari Allah swt sekedip mata pun, bahkan yang lebih cepat dari itu."

"Janganlah kau putuskan kehadiranmu di tempat-tempat yang baik karena alasan kesibukan dunia. Hati-hatilah, karena itu merupakan tipu daya setan. Hadirkanlah Allah swt ketika sendirian. Sembahlah Dia, seakan melihatnya; dan jika tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu."

"Tutuplah mata dari perhiasan dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya."

"Jadikanlah Al-Qur’an dan zikir kepada Allah swt bacaan sehari-harimu. Bertafakurlah terhadap nikmat Allah swt. Jika mungkin, setiap waktu hanya ada antara dirimu dan Allah swt, dan pada saat itu telitilah diri sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Telitilah dirimu, sebelum kalian diteliti.” Seseorang yang meneliti dirinya di dunia, perhitungan baginya akan lebih ringan di Akherat kelak."

"Orang yang lalai mengira bahwa dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadirat yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang indah dari tempat itu."

"Kerjakanlah segala perintah Allah swt dan tinggalkanlah larangan-Nya. Jangan sampai Allah swt melihatmu melakukan apa yang dilarang-Nya, atau kehilangan-Mu pada perintahnya. Bangkitlah untuk memenuhi hak Allah swt. Bersemangatlah melakukan sesuatu yang membuat para salaf Mulia."

"Cabutlah ketajaman dari sarung pedang tabiatmu yang membelah akar cinta dari asalnya. Taburilah tanah dengan benih pohon-pohon kezuhudan, hingga menghasilkan qurb ( kedekatan ) kepada Allah swt, air telaga dari celah wishal ( persatuan dengan Allah swt ), dan pengetahuan pada puncak tujuan."

"Yang selalu memperlambat terkabulnya doa’ seorang hamba adalah karena harapan yang rendah : mengharapkan sesuatu dari mahluk. Angkatlah pandanganmu secara keseluruhan kepada zat yang dibutuhkan semua mahluk….maka akan tampak tanda-tanda terkabulnya doa’."

"Niat merupakan pondasi amal. Seseorang akan memperoleh karunia sesuai dengan niatnya. Betapa sering niat membuat orang yang jauh dari Allah swt menjadi dekat kepada-Nya dan merubah sesuatu yang sulit menjadi ringan. Oleh karena itu, dalam setiap perbuatan, ucapan dan amalnya seorang Mukmin, hendaknya menerapkan niat yang baik. Tidak ada seorang pun yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan kecuali karena niat yang baik. Sabda kekasih Allah swt yang paling Agung, Al-Musthafa saw di bawah ini cukup menjadi bukti keutamaan niat .
Rasulullah bersabda :
إنّماالأعمال بالنّيّات
Sesungguhnya ( balasan ) setiap amal tergantung dari niatnya.
( HR. Bukhari dan Muslim )

نّيّة المؤمن خير من عمله
Niat seorang Mukmin lebih baik daripada amalnya.

Sudah menjadi sifat seorang Mukmin untuk menetapkan berbagai amal yang agung dan berusaha mengamalkannya, padahal dia hanya mampu mengamalkan sebagian darinya. Sebagai contoh adalah orang yang berniat menggunakan semua nafasnya ( waktunya ) untuk membaca wirid, dzikir atau untuk berpikir. Ternyata dia hanya mampu menggunakan sebagian waktunya saja. Apa yang telah dia kerjakan itu baik, tapi niatnya tersebut lebih baik dari amal yang telah dia kerjakan."

"Motivasi tobat sangat banyak, tetapi penyebab paling kuat adalah renungan ( fikr ). Renungkanlah berbagai nikmat yang diberikan Allah swt kepadamu sejak engkau berupa mani, hingga menjadi manusia sempurna yang lahir ke alam ini dan berbagai nikmat lainnya yang kau peroleh hingga saat ini. Renungkanlah semua nikmat Allah swt dalam setiap masa pertumbuhanmu. Sebab dalam setiap napas terdapat banyak nikmat Allah swt. Jika engkau renungkan semua ini, maka dalam dirimu akan muncul rasa cinta kepada Allah swt. Karena, sudah menjadi watak hati untuk mencintai siapapun yang berbuat baik kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Dan hakikatnya yang berbuat baik kepadamu adalah Allah swt.

Cinta ( kepada Allah swt ) merupakan jalan paling mulia yang dapat membuat seseorang bertobat. Demi menyenangkan kekasihnya, seorang pecinta dapat melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Apalagi untuk hal-hal yang mampu ia lakukan. Seorang pecinta akan berusaha sekuat tenaga meninggalkan segala sesuatu yang dapat membuat kekasihnya murka. Cinta adalah buah terbesar fikr.
Merenung ( Fikr ) akan membuahkan rasa malu. Jika engkau merenungkan berbagai nikmat yang diberikan Allah swt kepadamu, maka engkau akan malu menggunakan berbagai nikmat itu untuk bermaksiat kepada-Nya.
Selain membuahkan cinta dan rasa malu yang merupakan motivasi terkuat untuk bertobat, maka merenung juga membuahkan rasa takut kepada Allah swt ( khosyyah ). Seseorang yang memikirkan berbagai bencana yang akan dia peroleh karena maksiat; seperti pengusiran, kemurkaan, siksa dan hijab serta menyadari keagungan dan kebesaran Allah swt dan betapa keras siksa-Nya, maka mau tidak mau dia akan sangat takut kepada Allah swt."

Nasehat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas

Nasehat Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas

Dawuh Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas (kepada salah seorang muridnya):

“Insya Allah ucapanku yang kau tulis dan kumpulkan akan memberikan manfaat yang besar. Dan usahamu ini lebih bermanfaat dan langgeng daripada mencatat karomah-karomah yang terjadi. Karomah yang berlangsung hanya saat itu saja dan akan dilupakan dengan berjalannya waktu. Namun, manfaat ucapanku ini Insya Allah Ta’ala akan abadi. Orang yang menghargai ucapanku belum datang, mereka adalah orang-orang masa depan.”

• “Sesungguhnya terlalu memfasih-fasihkan bacaan adalah bid’ah. Andaikata salaf membaca Al-Qur’an seperti mereka yang suka memfasih-fasihkan bacaannya, tentu mereka tidak dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam semalam.”

“Imam Ghazali juga pernah berkata bahwa hudhur dan khusyu’ dalam membaca Al-Qur’an tidak mungkin dapat dirasakan oleh orang yang membaca Al-Qur’an dengan terlalu memfasihkan huruf dan memberi tekanan berlebihan pada tasyhid-tasyhidnya. Andaikata kalian curahkan seluruh konsentrasi kalian untuk merenungkan makna rahmat, pujian, rububiyyah, kekuasaan Allah SWT ( al-Malik) penghambaan, permohonan, permohonan hidayah, shirotol mustaqim yang ada dalam Fatihah, maka itu lebih baik.”

• “Jika kau membaca ayat sajdah dan pada saat itu kau berada di tempat yang tidak layak untuk sujud; maka bayangkanlah seakan-akan dirimu berada di tempat yang mulia, seperti Masjidil Haram atau Masjid-masjid lainnya. Setelah itu sujudlah dengan hatimu. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bukunya yang berjudul Al-Ghunyah mengatakan :”Jika kau berdiri mengerjakan sholat, maka bayangkanlah seakan-akan kau sedang menghadap Ka’bah dan saksikanlah Ka’bah itu dengan hatimu. Niscaya kau akan meningkat ke maqom yang lain,”

• “Setiap zaman ada 124.000 wali dan setiap wali mewarisi hal dari Nabi SAW. Di antara mereka ada yang tahu dirinya wali, tapi ada juga yang tidak tahu.”

• “Amal dan niat saleh akan menyebabkan timbulnya kewibawaan pada diri seseorang. Ia akan tampak beda dengan orang lain, ucapannya didengar dan bermanfaat. Sebaliknya, amal dan niat buruk akan menyebabkan pelakunya diselimuti kegelapan”

• “Manusia punya dua sayap yang dapat ia gunakan untuk terbabg ke tempat yang mulia, yaitu Niat dan Himmah ( semangat, tekad ). Sedangkan penghuni zaman ini berpijak pada salah satu diantara keduanya. Ada yang memiliki niat, tapi tidak memiliki himmah. Ada yang himmahnya besar, tapi belum memiliki niat. Jika seseorang punya niat, kemudian memperoleh himmah, maka Allah swt akan memperhatikannya dan akan menyampaikannya pada tujuan. Niat itu sebelum himmah dan himmah sebelum amal.”

• Imam Junaid rhm berkata :”barang siapa membuka bagi dirinya satu pintu niat baik, maka Allah swt membukakan baginya 70 pintu taufiq. Dan barang siapa membukakan untuk dirinya satu pintu niat buruk, maka Allah swt membukakan untuknya 70 pintu khidzlan ( dorongan untuk bermaksiat ).”

• Thoriqoh salaf Alawiyin adalah zhohirnya Ghazaliah dan bathinnya Syazaliah. Jika seseorang berkonsentrasi pada amal, maka ia akan mengerjakan amal tanpa ruh. Namun, jika ia meninggalkan amal dan banyak berharap kepada Allah swt, ia akan miskin amal saleh.

• Kerjakanlah shalat karena Allah swt memerintahkannya. Jadikanlah makna segala sesuatu sebagai tujuanmu. Jangan jadikan cara pengucapan huruf ( makhraj )dan sejenisnya sebagai pusat perhatianmu dalam sholat. Tapi amati dan renungkan ( tadabbur ) makna ayat yang kau baca. Apa yang menghalangimu untuk merenungkan makna basmalah, arti rahmat ayat pertama dan makna syukur. Renungkan tentang Pemberi nikmat dan Pemelihara alam, makna rahmat di ayat ke tiga, makna raja dan penguasa, makna ibadah, pertolongan, hidayah, shirotol mustaqim dan orang-orang yang berjalan diatasnya, yaitu orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah swt. Renungkan tentang orang-orang yang berpaling, yakni orang-orang yang dimurkai Allah swt.

• Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak akan meninggalkanmu di dunia maupun di akhirat. Ilmu adalah Alat. Meskipun ilmu itu baik, tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Ilmu digunakan hanya untuk mencapai tujuan. Ilmu harus diiringi adab, akhlaq danniat-niat saleh. Ilmu demikian inilah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi.

• Pelajarilah ilmu, tanamkan dalam hati niat untuk mengamalkannya, maka Allah swt akan mengembalikan semua yang hilang dari kalian.

• Jika kau membaca sesuatu dan tidak dapat memahaminya, atau hatimu tidak hadir sewaktu membacanya, maka ulangila lagi di waktu yang lain. Sebab setiap waktu memilki rahasia yang berbeda.

• Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum amal, maka ia tidak akan bisa beramal. Tapi hendaknya ia beramal, kemudian menuntut dirinya untuk ikhlas. Seseorang tidak seharusnya menuntut kesempurnaan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab jika ia menuntut kesempurnaan dari dirinya, ia tidak akan beramal. jika ia menuntut kesempurnaan dari orang lain, ia tidak akan memandang mulia seorang pun, ia bahkan akan memandang rendah semua orang.

• Setiap kebajikan terasa berat bagi “NAFS”. Tapi jika dipaksakan, ia akan terbiasa dan dapat mengerjakannya dengan mudah. Sebagian orang jika melihat “NAFS”nya benci pada perbuatan baik, ia mengikuti “NAFS”nya dan cenderung kepadanya. Ia selalu berbuat demikian, hingga tidak mampu lagi berbuat baik. Akhirnya, hatinya menjadi keras. Sebenarnya jika hati mau menghadap Allah swt, Allah swt akan menghadap kepadanya. Jika berpaling, Allah swt pun akan berpaling darinya. Sifat “NAFS” adalah suka menentang dan mudah bosan. Jika kau membiasakannya dengan kebaikan, ia akan menjadi baik; tapi jika kau membiasakannya dengan keburukan, ia akan menjadi buruk.

• Manusia hendaknya menyibukkan “NAFS”nya dengan amal-amal yang bermanfaat baginya. “NAFS” akan terbiasa dengan apa yang dibiasakan kepadanya. Orang yang terbiasa banyak bicara, menghadiri majelis yang penuh kelalaian dan permainan, maka hatinya merasa berat untuk membaca Al-Qur’an.

• Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.

• Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.

• Orang yang berharta, hendaknya banyak berderma dan bersedekah di jalan Allah swt. Yang berilmu, hendaknya mencurahkan semua tenaganya untuk mengajar. Yang mempunyai kedudukan, hendaknya berusaha mendamaikan orang-orang yang dizalimi. Yang berdagang dan menekuni pekerjaan lainnya, hendaknya jujur kepada kaum muslimin dan melakukan pekerjaannya dengan sempurna.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaknya memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah swt kepadanya. Allah swt tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah swt berikan kepadanya. Allah swt kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS Ath-Thalaq, 65:7).

• Di dunia ini manusia harus memiliki empat sifat :

1. Sabar terhadap yang dibenci dan disukai.
2. Melayani dengan baik dan memuaskan hati(jabr) orang yang baik maupun jahat.
3. Memiliki akal yang dapat membedakan segala sesuatu.
4. Memilki niat saleh dalam semua hal agar tercapai keinginannya.

• Jika seseorang ingin memperoleh rasa takut kepada Allah swt, maka hendaknya ia melihat orang yang memilki rasa takut. Jika ingin khusyu’ maka hendaknya ia melihat orang yang khusyu’. Manusia adalah magnet untuk dirinya dan orang lain. Manusia biasanya mencuri watak orang yang dilihatnya.

• Hanya prasangka baik kepada Allah swt dan hamba-hambanyalah yang dapat membuka pintu-pintu kebajikan.

“Dua hal yang tidak ada sebuah kebaikan pun yang dapat mengungguli keduanya, yaitu prasangka baik kepada Allah swt dan prasangka baik kepada makhluk Allah swt. Dan dua hal yang tidak ada sebuah keburukan yang dapat mengunggulinya, yaitu prasangka buruk kepada Allah swt dan prasangka buruk kepada makhluk Allah swt.” (Al-Hadits)

• Setiap orang memiliki 360 urat. Ada urat yang akan mendorongnya untuk berbuat kebaikan, dan ada yang akan menggerakkannya untuk berbuat kejahatan. Jika melihat orang saleh, urat-urat kebaikan akan menggerakkannya untuk berbuat baik. Jika melihat orang durhaka, maka urat-urat keburukannya akan menggerakkannya untuk berbuat jahat.

• Orang yang mudah iri, menyangka bahwa semua orang iri; orang yang suka bermaksiat menyangka bahwa semua orang suka bermaksiat; dan orang yang saleh menyangka semua orang gemar berbuat kebaikan.

• Jika kau memandang seorang yang saleh dan istiqomah, khusyu’ dan wara’, lalu kau bandingkan akhlaqmu dengan akhlaqnya. Amalmu dengan amalnya, keadaanmu dengan keadaannya; maka kau akan mengetahui aib dan kekuranganmu. Setelah itu akan mudah bagimu untuk memperbaiki ucapan dan perbuatanmu yang salah, lahir maupun batin. Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang saleh dan mulia, serta dilarang bergaul dengan selain mereka. Sebab watak seseorang akan mencuri watak orang lain. Jika tidak kau temukan teman duduk yang saleh, pelajarilah buku, sifat, riwayat hidup dan semua prilaku kaum sholihin.

• Ada dua orang yang tidak boleh kau pegang pendapatnya, yaitu orang yang selalu mengikuti kata hatinya dan orang yang tidak melaksanakan pendapatnya sendiri.

• Jangan berselisih dengan anakmu dan jangan pula bersikap keras kepadanya. Ajak dan perintahkan untuk berbuat kebaikan. Jika ia tidak patuh, jauhilah dia dengan santun dan penuh perhatian.

• Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas dahulu melarang seseorang bergaul dengan Ahli bid’ah, orang-orang yang aqidahnya menyimpang dan orang-orang yang merendahkan kaum sholihin, Para Wali dan Ulama. Jika melewati tempat yang ada orang-orang yang memiliki salah satu sifat di atas, beliau menutupi kepalanya dan berjalan dengan cepat.

• Sholatlah di belakang orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, dan sholatkanlah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh. (Hadits)

• Orang –orang di Zaman akhir ini lebih mengutamakan harta mereka dibanding diri mereka sendiri. Mereka kikir dan tidak memperdulikan apa yang menimpa mereka. Mereka abaikan Hak Allah swt, Allah swt pun lalu menundukkan mereka di bawah kekuasaan orang yang tidak mengasihi mereka. Adapun orang-orang terdahulu, mereka menjadikan harta mereka sebagai perisai dan pelindung dari segala bencana.

• Jika seseorang senantiasa taat, maka Allah swt akan memberinya rejeki. Allah swt tidak akan membiarkannya begitu saja tanpa harta. Allah swt telah memberi kalian rejeki, tapi kalian menghambur-hamburkan rejeki itu bukan pada tempatnya. Tunaikanlah kewajiban zakat, janganlah kalian kurangi.

• Segala kesedihan yang dapat hilang dengan uang, bukanlah kesedihan.

• Jika dalam hatimu terlintas bisikan buruk atau ajakan untuk bermaksiat, angkatlah kepalamu ke langit lalu ucapkan :”Allah….. dengan satu nafas. Perbuatan ini akan membakar dan menghapus dengan seketika bisikan-bisikan buruk dalam hati. Hikmah dari menengadahkan kepala ke langit adalah karena setan tidak dapat mendatangi manusia dari atas kepalanya. Allah Ta’ala berfirman : “Kemudian Saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.(QS Al-A’raf, 7:17). Allah swt tidak mengatakan bahwa iblis akan mendatangi mereka dari atas.

• Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas selalu membaca surat Al-Waqiah di waktu Ashar. Beliau berkata :”Sayyidil Wujud (Nabi Muhammad saw) lah yang memerintahkanku untuk membacanya di waktu Ashar.”

Kumpulan Nasihat Para Waliyulloh


“Takutlah kalian kepada firasat seorang mukmin. Sesungguhnya seorang mukmin dapat melihat dengan cahaya Allah.”

Nasihat Agung Kekasih Allah


“Kebutuhan orang-orang kepada kalian adalah merupakan nikmat-nikmat Allah swt untuk kalian; maka janganlah bosan terhadap nikmat-nikmat Allah swt itu sehingga ia akan pergi menjauhkan diri.”
7 Waliyullah dan Nasehatnya

7 Waliyullah dan Nasehatnya



“Orang yang tidak memerintah terhadap kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah seperti orang yang mencampakkan Kitabullah di belakang punggungnya.”
( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )


“Siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat yang sunyi, maka ia telah melakukan  perbaikan pada dirinya, dan siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat keramaian, sesungguhnya ia membuka aib dan menghianatinya.”
( Imam Syafi’i )


“Barangsiapa terkumpul dalam dirinya tiga sifat, maka imannya telah sempurna : orang yang menyeru kepada kebaikan dan dia juga melaksanakannya, melarang pada perbuatan buruk dan dia tidak melakukannya serta menjaga aturan-aturan yang telah Allah swt tetapkan.”
( Imam Syafi’i )


"Berbicara tentang nasihat, kulihat diriku tak pantas untuk memberikannya. Sebab, nasihat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasihat itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang belum mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat ? Dan seorang yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat penerang oleh orang lain? Bagaimana bayangan akan lurus jika kayunya bengkok ? Allah swt mewahyukan kepada 'Isa bin Maryam AS :
"Nasihatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasihat, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku".
( Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali )


"Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain?
Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?"
( Sayyidina Syekh Abdul Qadir Jailany )


“Jangan berselisih dengan anakmu dan jangan pula bersikap keras kepadanya. Ajak dan perintahkan untuk berbuat kebaikan. Jika ia tidak patuh, jauhilah dia dengan santun dan penuh perhatian.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )


“Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”
( Imam Qutb Irsyad Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad )


“Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu ingat kepada Allah swt. Semoga Allah swt menganugerahkan keberkahan kepada kalian dalam menegakkan agama terhadap istri, anak dan para pembantu rumah tanggamu. Hati-hatilah, jangan menganggap remeh masalah ini, karena seseorang kadang-kadang mendapat musibah dan gangguan disebabkan oleh orang-orang di bawah tanggungannya, yaitu istri, anak dan pembantu. Sebab dia adalah pemegang kendali rumah tangga.”
( Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi )

Baca Juga:

“Share Agar Banyak Yang Ambil Manfaat”



---

27 Nasihat Habib Umar bin Hafidz Tentang Penyucian Jiwa


1. Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah

2. Barang siapa Semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.

3. Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

4. Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.

5. Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.

6. Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.

7. Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.

8. Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

9. Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

10. Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

11. Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.

12. Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.

13. Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah).

14. Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.

15. Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.

16. Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.

17. Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya?
Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.

18. Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya.

19. Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adat (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.

20. Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.

21. Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.

22. Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.

23. Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur'an dengan merenungi artinya dan bangun malam.

24. Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).

25. Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.

26. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.

27. Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.

Baca Juga:
“Silahkan Share Agar Banyak Yang Ambil Manfaat”
---
Sifat-sifat Sayyidina Umar bin Khatab R.A

Sifat-sifat Sayyidina Umar bin Khatab R.A



Bismillahir Rahmanir Rahiim
Allahumma sholi ala Sayyidina Muhammadinni fatihi lima ughliko wal’khotimi lima sabaqo wanasiril haqo bilhaqqi wal’hadi ila shirotikal mustaqiim wa’sholallahu alaiihi wa’ala alihi washobihi haqqo qodrihi wamiqdarihil aziim.

Sementara itu tentang diri Umar bin Khaththab,.ra, maka ada Hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:

“Sungguh dalam umat-umat (terdahulu) terdapat orang orang yang dibisiki (muhaddatsin) dan diajak bicara oleh Allah Swt (mukallamin). Kalau dalam umat ini ada, maka ia adalah Umar r.a.”

Sebagian orang yang memiliki kepahaman tinggi, ditanya tentang apa yang dimaksud muhaddatsun? Maka ia menjawab, bahwa Muhaddatsun adalah tingkatan kaum shiddiqun yang paling tinggi.

Bukti-bukti yang menunjukkan adalah sebagaimana yang diriwayatkan, bahwa suatu saat ia sedang berkhotbah. Kemudian ia berteriak di tengah-tengah khotbahnya, “Wahai Sariyah!, gunung, gunung!”
Saat itu Sariyah bin Hishn sedang memimpin pasukan perang yang berada di ambang pintu Nahawand. Sementara di depannya ada musuh yang jauhnya masih memakan perjalanan sekitar satu bulan. Kemudian ia mendengar suara Umar, lalu ia dengan pasukannya mulai bergerak menuju ke gunung, dan akhirnya mereka menang mengalahkan musuhnya.
Ditanyakan kepada Sariyah bin Hishn, “Bagaimana engkau tahu hal itu?” Ia menjawab, “Aku mendengar suara Umar r.a. berteriak, Wahai Sariyyah, gunung, gunung’!” (H.R. al-Baihaqi dari Amr bin al-Harits).

Diriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdi yang berkata, “Saya pernah melihat Umar mengenakan baju yang ditambal dua belas tambalan saat ia sedang berkhotbah.” (H.R. Malik dari Anas).

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab r.a. yang berkata,
“Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang menunjukkan aibku kepadaku.”

Diriwayatkan dari Nabi saw. yang bersabda:
“Setan akan menyingkir dari bayang-bayang Umar r.a.
(H.R. Bukhari-Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Ibnu Asakir dari Aisyah).

Dikisahkan, bahwa Umar pernah mengambil jerami dari tanah, kemudian berkata,
“Andaikan aku tidak pernah dilahirkan ibuku, andaikan aku jerami ini dan andaikan aku tidak pernah wujud apa pun…..”

Diriwayatkan dari Umar ra. yang berkata,
“Setiap kali aku ditimpa suatu musibah tentu Allah akan memberikan empat kenikmatan dalam musibah tersebut: Sebab musibah itu tidak menimpa agamaku, dan musibah itu tidak lebih besar daripada yang menimpaku. Sedangkan aku masih bisa ridha dengan musibah yang menimpaku, dan aku berharap pahala dari musibah itu.”

Umar r.a. berkata, “Andaikan sabar dan syukur itu dua ekor kendaran unta maka aku tidak akan peduli mana yang akan aku tunggangi. “

Suatu ketika ada seseorang datang kepada Umar r.a. yang mengadukan kefakirannya. Kemudian Umar bertanya kepadanya,
“Apakah Anda masih memiliki makanan untuk makan malam Anda?”
Ia menjawab, “Ya!” Umar berkata, “Berarti Anda bukan orang fakir. “

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib yang berkata,
“Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang paling aku cintai untuk berjumpa dengan Allah dengan wajah yang sama kecuali orang yang berkepribadian tenang ini, Umar.”

Diriwayatkan, pada suatu hari Ali bin Abi Thalib pernah melihat Umar r.a. lari di saat tengah hari. Lalu Ali bertanya tentang alasan apa yang membuatnya lari di tengah hari. Maka ia menjawab,
“Aku telah menghilangkan unta sedekah (zakat), kemudian aku pergi untuk mencarinya.”

Maka Ali berkata,
“Wahai Amirul Mukminin engkau akan memberatkan para khalifah sesudahmu.”

Syekh Abu Nashr as-Sarraj – rahimahullah – berkata:
Orang-orang ahli hakikat banyak mengambil suri teladan dari Umar dan menjadikannya sebagai referensi dari berbagai makna khusus dari perilaku Umar, seperti memilih mengenakan pakaian bertambal dan kasar, meninggalkan kesenangan nafsu, menghindari syubhat dan menampakkan kemuliaan-kemuliaan (karamat), tidak peduli terhadap orang yang mencacinya ketika kebenaran harus ditegakkan dan kebatilan harus dimusnahkan, memberikan persamaan hak antara orang-orang yang dekat dengan mereka yang jauh, berpegang teguh pada yang lebih berat dalam hal ketaatan kepada Allah dan riwayat-riwayat lain dimana bila kita uraikan akan menjadi panjang.

Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Umar melihat sekelompok manusia yang sedang duduk-duduk di masjid, kemudian ia perintah untuk mencari pekerjaan (rezeki), dan juga suratnya yang dikirimkan kepada Salman, adalah barangkali karena ia tahu mereka tidak mampu melakukan duduk di masjid sebagaimana mestinya. Mereka tamak terhadap apa yang ada di tangan orang lain, atau mungkin sebab-sebab yang lain. Oleh karenanya ia memerintah mereka untuk mencari pekerjaan.

Sebab Nabi saw., Abu Bakar dan Umar r.a. telah melihat Ashhabush-Shuffah. Mereka adalah sekelompok orang yang jumlahnya sekitar tiga ratusan orang yang tinggal di masjid, namun Nabi, Abu Bakar dan Umar juga tidak membenci mereka dan tidak memerintah mereka keluar dari masjid untuk mencari nafkah.

Diriwayatkan dari Umar, bahwa ia pernah berkata kepada saudaranya, Zaid bin Khaththab di saat perang Uhud,
“Jika engkau mau, lepas saja baju besi yang aku kenakan ini kemudian engkau pakai.”
Zaid menjawabnya, “Saya juga senang mati syahid, sebagaimana engkau juga menyukainya.”

Ini suatu isyarat yang sangat agung dari mereka, yang menunjukkan hakikat tawakal.

Diriwayatkan dari Umar yang mengatakan,
“Aku menemukan ibadah dalam empat macam:
Pertama, menunaikan perintah Allah.
Kedua, menjauhi yang diharamkan Allah.
Ketiga, memerintah kebaikan demi mengharap pahala dan Allah.
Keempat, mencegah kemunkaran karena takut murka Allah




Silahkan di share agar banyak yang ambil manfaat


---

NASEHAT ULAMA

More »

RUMAH TANGGA

More »

WANITA DAN ANAK

More »

KISAH ULAMA

More »

HUKUM

More »

AMALAN

More »