6 Langkah Agar Sholat Khusu’



Shalat merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan penciptanya dan dijadikan sejuk kedua mata ini dengan shalat.
Apabila Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menghadapi perkara­-perkara yang berat, maka beliau Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menghadap kepada Allah swt dan mendirikan shalat.
Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sering mengatakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah ra: 

“Arihni biha ya bilal”*

Namun sayangnya manusia zaman sekarang banyak yang tidak memahami apakah maksud dan faedah mendirikan shalat.

Ketahuilah, bahwa shalat merupakan tiang dalam agama ini. Kita sebagai umat Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan hanya dua raka’at saja sudah diberi balasan pahala yang begitu besar oleh Allah swt.

Perintah shalat merupakan perintah teragung dalam risalah kenabian Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Shalat merupakan perintah terbesar diantara perintah yang lainnya dan perintah shalat ini merupakan kekhususan bagi umat NabiMuhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.

Semua perintah Allah swt kepada Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam diterima melalui perantara Malaikat Jibril as, namun perintah yang satu ini lain dari pada perintah yang lainnya.

Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dipanggil langsung kehadirat Allah swt melalui mi’raj untuk mendapatkan perintah shalat 5 (lima) waktu, hal inilah yang menjadikan perintah shalat ini begitu agung dan istimewa.

Bayangkan, hal ini adalah bertemunya antara makhluk yang sangat dicintai oleh penciptanya yaitu Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan Allah swt.

Maka dari itu wahai saudaraku, karena begitu agungnya peristiwa ini, hendaknya kita memperhatikan shalat kita.
Khusyu’ dalam shalat merupakan kunci kesempurnaan dan gambaran dzahir diterimanya shalat kita, sedangkan shalat yang tidak khusyu’ digambarkan seperti jasad tanpa ruh.

Jikalau bisa kita umpamakan, ada seseorang yang memberikan hadiah kepada seorang raja atau kepada seorang pembesar, namun yang kita berikan adalah seorang hamba sahaya yang tanpa ruh (yaitu hamba sahaya/budak yang sudah dalam keadaan mati/tak bernyawa), pasti kita akan dihukum oleh raja atau si pembesar itu, karena kita telah menghadiahkan sebuah bangkai kepadanya.
Namun shalat ini kita persembahkan kepada Sang Maha Raja, yaitu Rabbul ‘Alamiin, Allah swt.

Sedikitnya ada 6 (enam) syarat untuk mendapatkan shalat yang khusyu’ :
1. Dengan hati yang hadir, maksudnya merasakan kehadiran hati ketika mengucap kalimat-kalimat dalam shalat dan ketika melakukan gerakan dalam shalat.
2. Harus memahami makna-makna yang dibaca dalam shalat.
3. Hendaknya kita mengerjakannya dengan perasaan ta ‘dzim, penghormatan dan pengagungan terhadap yang sedang kita hadapi,yai tu Allah swt.
4. Harus memiliki rasa takut terhadap yang sedang kita hadapi, yaitu Tuhan semesta alam.
5. Memiliki pengharapan dengan sungguh-sungguh, bahwa shalat yang kita kerjakan akan diterima oleh Allah swt.
6. Memiliki perasaan malu terhadap Allah swt, karena kita merupakan makhluk yang penuh kekurangannya di sisi-Nya.

Kesempurnaan khusyu’ dalam shalat diantaranya dapat kita peroleh dengan tidak memikirkan yang lainnya (konsentrasi dalam shalat), melainkan hanya kepada Allah swt semata.

Berapa banyak kita dapati kisah-kisah para Sahabat Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ketika mengerjakan shalat.
Mereka mengerjakannya dengan penuh kekhusyu’an, sehingga apapun yang terjadi dengannya, seolah mereka tak sadar dan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengannya.

Dalam sebuah kisah disebutkan ketika berkecamuknya peperangan, ada salah seorang sahabat yang ditugaskan untuk menjaga kemah kaum muslimin, sedangkan sahabat-sahabat lainnya sedang tidur.
Ketika sahabat tersebut sedang shalat, tiba-tiba dari belakang ada seorang musuh yang memanahnya hingga panah itu terkena bagian tubuh nya. Walaupun darah mengucur dari tubuh nya, namun ia tetap saja melanjutkan shalatnya dan sama sekali tak beranjak dari shalatnya.

Karena tak bergerak, musuh pun memanahnya lagi hingga beberapa kali, namun ia tetap saja melanjutkan shalatnya dengan gerakan yang sangat sempurna, padahal darah bercucuran dari tubuhnya, bahkan darah itu muncrat sehingga mengenai beberapa sahabat yang sedang tidur. Melihat kejadian itu, musuh tersebut keheranan dan bingung, hingga beberapa sahabat terbangun sehingga membuat musuh itu melarikan diri.

Apakah gerangan yang terjadi pada sahabat itu? Mengapa tajamnya busur panah tak membuatnya sakit?

Mengapa ia bisa betul-betul merasakan nikmatnya dalam bermunajat kepada Tuhannya?

Mengapa ia dapat melupakan rasa sakit di tubuhnya hanya dengan shalat ?

Inilah yang dinamakan khusyu’.

Inilah kesempurnaan shalat yang sesungguhnya.



EmoticonEmoticon