Khutbah Rasulullah menjelang wafatnya

iLUSTRASI SANDAL RASULULLAH SAW

Peristiwa tentang wafatnya seorang pemimpin alam semesta, seorang Nabi dan Seorang Rosul Tuhan yang terakhir adalah peristiwa maha besar. Tidak ada sejarah yang telah mengungkapkan peristiwa yang mendetail sedemikian rupa tentang berpulangnya seorang Rosul Tuhan seperti halnya dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW itu.
Isyarat-isyarat tentang bayang-bayang akan terjadinya peristiwa besar yang sangat mengharukan hati itu telah terlebih dahulu memperlihatkan tanda-tandanya kepada ummat pengikut beliau.

Isyarat itu antara lain terlukis dalam bunyi Khutbah Arafah oleh Rasulullah, dan juga bunyi Firman Allah SWT sebagai Wahyu Tuhan yang terakhir yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dikala beliau menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima sebagai Haji Perpisahan.
"Pada hari ini Aku (Allah) sempurnakan bagimu Agamamu, Aku cukupkan nikmatKu untukmu dan Aku rela Islam sebagai agamamu" (Al-Qur'an, Al-Maidah ayat 3)
Khutbah Arafah
Setelah mencucurkan keringat, darah dan air mata berpuluh-puluh tahun lamanya (23 tahun), berjuang dengan sekuat tenaga daya dan kesungguhan dan berdakwah memberantas penyakit-penyakita jaman jahiliah, zaman kebodohan ummat di kala itu, memanggil manusia ke jalan Tuhan, berjihad menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan Ilahi, maka akhirnya berhasillah beliau dalam menunaikan misi sucinya, menegakkan Islam sebagai agama wahyu satu-satunya yang dipilih Tuhan untuk ummat manusia di bawah langit ini.
Setelah berhala-berhala, patung-patung ciptaan zaman jahiliah itu diruntuh-ratakan sebagai lambang kemusyrikan; setelah penyakit syirik terbongkar dari dada ummat manusia, dan kemudian di isi beliau dengan air hikmah, Iman dan Tauhid yang murni, maka terasalah bagi beliau, ia tak akan lama lagi akan dipanggil oleh Tuhan ke HadiratNya, berpisah dengan ummat yang sedang dibina dan dipimpinnya dengan sukses gilang-gemilang itu.
Maka demikianlah, pada musim haji tahun ke-10 hijriah, bersama-sama kurang lebih 114.000 kaum muslimin yang datang dari segenap penjuru Arabia, beliau pun menunaikan ibadah Haji Akbar yang bagi beliau sendiri adalah merupakan Haji Perpisahan (wada') haji terakhir, karena beliau tidak dapat lagi bersama ummatnya menunaikan ibadah suci itu pada tahun mendatang.
Dalam Haji Wada' inilah beliau menyampaikan mutiara wasiat yang dianggap sangat berharga bagi ummat beliau, disamping itu juga menyelipkan ultimatum Tuhan kepada kaum Musyrikin, bahwa Allah dan RasulNya telah memutuskan hubungan dengan mereka, karena aqidah mereka adalah bernoda dan najis. Dan sejak tahun ke-9 Hijriah telah dibuat tapal batas tanah suci Mekkah dan madinah (tanah haram) yang sama sekali tidak diijinkan kaum kafir untuk menginjaknya sampai hari kiamat kelak.
Khutbah Arafah yang akan merupakan pegangan hidup dan matinya kaum muslimin itu, adalah juga merupakan piagam perdamaian yang mempunyai nilai kemasyarakan yang tinggi, diucapkan beliau dari atas untanya yang berdiri di Namirah dekat bukit Arafah, yang terletak di tengah-tengah padang Arafah yang dahsyat dan luas itu. Khutbah bersejarah yang diabadikan sepanjang masa itu berbunyi antara lain seperti di bawah ini :
=================================
"Wahai ummat manusia, dengarkanlah nasehatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu muka dengan kamu semua di tempat ini. "Tahukah kamu semua, hari apa inikah ini? Yang dijawab sendiri oleh beliau: Inilah hari Nahar, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? inilah bulan suci. Tahukah kamu tempat apakah ini? inilah kota yang suci."
Haram Menumpahkan Darah
"Maka dari itu aku umumkan kepada kamu semua bahwa darah dan nyawamu, harta bendamu dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kamu sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu kelak. Semua harus kamu sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini di sampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian! Bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan sasksikanlah!"
Hapuskan Riba
"Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Maka barangsiapa yang memegang amanah ditangannya, hendaklah ia bayarkan kepada yang punya. Dan sesungguhnya riba jahiliah itu adalah batil. dan awal riba yang pertama kali aku sapu bersih adalah riba yang dilakukan oleh pamanku sendiri, Abbas bin Abd. Muthalib.
"Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam dan pembunuhan jahiliah, dan penuntutan darah ala Jahiliah yang mula pertama kali aku hapuskan adalah atas tuntutan darah 'Amir bin Haris.
"Wahai manusia! Hari ini Setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi ia bangga bila kamu dapat mentaatinya walaupun dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun, maka waspadalah kamu atasnya! "Hai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar semenjak Allah jadikan langit dan bumi"
Hak dan Kewajiban Suami Istri
"Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita itu (istrimu) ada hak-hak yang harus dipenuhi, dan bagimu juga ada hak-hak yang harus dipenuhi oleh istri itu. Ialah, bahwa mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kamu sendiri, dan mereka tidak boleh membawa orang lain yang tidak kamu sukai ke rumahmu, kecuali setelah mendapat izin dari kamu terlebih dahulu. Maka sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan yang demikaian, sesungguhnya Allah telah berarti mengizinkan kamu untuk meninggalkan mereka, dan kamu boleh melecutringan terhadap diri mereka yang berdosa itu. 
"Tetapi bila mereka berhenti dan tunduk kepadamu,maka menjadi kewajibanmulah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah,bahwa kaum hawa itu adalah mahluk yang  lemah di sampingmu, mereka tidak berkuasa. Kamu telah bawa mereka dengan suatu amanat dari Tuhanmu dan kamu telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Maka dari itu, takwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah ini wasiat untuk bergaul lebih baik dengan mereka! Wahai ummat, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan, tolong saksikanlah!"
Pegangan Hidup
"Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu sesuatu, yang bila kamu pegang ia erat-erat niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, dua saja: Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Hai manusia dengarkanlah baik-baik apa yang aku ucapkan kepadamu niscaya pasti kamu bahagia untuk selama-lamanya dalam hidupmu!"
Persaudaraan Islam
"Wahai manusia! Kamu Hendaklah mengerti, bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Maka bagi masing-masing pribadi diantara kamu terlarang keras untuk mengambil harta saudaranya kecuali dengan izin hati yang ikhlas. Bukankah Aku telah menyampaikan?! O, Tuhan tolong saksikan!"
"Janganlah kamu setelah aku meninggal nantikembali kepada kafir, dimana sebagian kamu mempermainkan senjata untuk menebas leher kawannya yang lain. karena, bukankah aku telah tinggalkan untukmu pedoman yang benar, yang bila kamu ambil ia sebagai pegangan dan suluh kehidupanmu tentu kamu tidak akan tersesat, yakni Kitab Allah (Al-Qur'an).
"Hai manusia, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan saksikanlah!"
Persamaan Hak
"Hai manusia! Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah tunggal dan sesungguhnya kamu berasal dari satu Bapak. semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling taqwa, tidak sedikitpun ada kelebihan bangsa Arab, kecuali dengan taqwa.
"Hai manusia! Bukankah aku telah menyampaikannya?! O, Tuhan saksikanlah! Maka hendaklah barang siapa yang hadir diantara kamu di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan pesan wasiat ini kepadamereka yang tidak hadir!"
Setelah Nabi mengakhiri Khutbah Al-Wada' yang sangat berkesan itu dengan nada suara yang tinggi sambil menujuk ke langit, maka berteriak pulalah para jemaah haji yang sedang berkumpul di padang Arafah itu menyahut serentak dengan suara yang lantang dan bergema membahana, membelah kesunyian padang pasir yang luas dan tandus itu dengan beramai-ramai mengucapkan "Demi Tuhan! Sesungguhnya Engkau (Muhammad) telah menyampaikan amanah perintahperintah Tuhanmu!"
Setelah mengikuti sejenak khutbah yang diabadikan itu selaku pesan dan amanat umum Rasulullah sebagai gemblengan beliau kepada ummatnya, maka marilah kita mengikuti riwayat yang melukiskan peristiwa bersejarah tentang wafatnya Nabi kita Muhammad SAW.
"Diriwayatkan, bahwa setelah turun wahyu Al-Qur'an, surat Al-Maidah ayat 3 tersebut di atas, menangislah Umar bin khatab r.a. Maka Nabi SAW berkata kepadanya. "Apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis hai Umar?", tanya Rasulullah. Umar menjawab, "Kita semua sudah berada dalam agama yang sempurna dan lengkap. Tetapi apabila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan maka di atas itu tidak adal lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran". Nabi menukas; "Benarlah engkau!"
Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk menduga-duga kemungkinan - kemungkinan yang terselip dalam arti ayat yang di atas, sehingga beliau hanya terengah dan bertelekan diatas untanya saja. Unta pun berhenti dan malaikat Jibril AS pun datang sambil berkata kepada Nabi: 
"Ya Muhammad, hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Maka dari itu, kumpulkan semua sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa saya tidak akan turun-turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudah hari ini!"
Maka pulanglah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Dan di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakannya ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril AS kepadanya itu.
Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya, kecuali Abu Bakar r.a., dan para sahabat itu berkata: 
"Telah sempurna agama kita!" Tetapi Abu Bakar pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih. Dikuncinya pintu rumahnya dan iapun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal ini terdengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu Bakar.
Sahabat bertanya : "Kenapa kerjamu menangis saja hai Abu Bakar  disaat orang lain semua bersuka ria, bukankah Tuhan telah  menyempurnakan agama kita?"
Abu Bakar menjawab : "Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti : bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai pada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya. Dalam ayat terbayang akan perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib Hasan dan Husain yang akan menjadi anak yatim, serta para istri Nabi yang menjadi janda".
Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh para tetangga yang lain dan mereka ini segera datang kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau hakikat kejadian yang sebenarnya.
"Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami mendengar pekik tangis mereka belaka". Mendengar itu berubahlah wajah Rasulullah dan iapun segera berdiri menuju tempat para sahabat. Setelah dilihatnya keadaan para sahabat dalam keadaan sedemikian rupa, beliaupun bertanya: 
"Apakah yang kalian tangiskan?" Menjawablah Ali: "Abu Bakar berkata kepada kami: "Sesungguhnya saya mendengar angin kematian Rasulullah berdesir melalui ayat ini" dan bukankah dapat dijadikan bukti ayat ini bagi bagi kematian engkau?"
Nabi menjawab : "Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa kepergianku dari antara kamu semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kamu semua".
Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu Bakar seorang yang paling arif di antara para sahabat Nabi. dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu iapun berteriak dan langsung jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah; mereka semua ketakutan dan semua menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhluk-makhluk yang melata di bumi, hewan-hewan di daratan dan di lautan semuanya turut berkabung dan berduka cita. Kemudian Nabi bersalam berjabatan tangan dengan satu demi satu para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliaupun menangis sambil memberikan amanah nasehat kepada mereka semua.
Setelah turun ayat Al-Qur'an yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW masih menjalani hidupnya 81 hari lagi. Ya, demikianlah setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil menangis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi disamping itu juga khutbah yang mengungkapkan harapan-harapan dan peringatan.



EmoticonEmoticon